Apa kabar? [ Diak Ka Lae? - Tetum], [ Lu pung kabar dong karmana? - Kupang], [Coo kreba dite? - Manggarai, Flores], [kenken kabare? - Bali] : ------- Baik baik sa ko. Tuan Deo keka lindo torang selalu.
Lama sekali rasanya tidak menulis cerita touring lagi, kali ini saya akan menceritakan kisah solo touring saya yang berlangsung selama 29 hari (16 september s.d 15 oktober 2017), melewati 2 negara, 7 pulau, 7 provensi, 8.256 KM dan 68 jam diatas kapal Ferry.
Blog tentang Touring kali ini saya buat dalam 2 versi, yang ini adalah versi utama yang terdiri dari 10 bagian (komplit), sedangkan versi ke 2, saya buat untuk Forum Bikepacker Kaskus dipersingkat menjadi 3 bagian saja dan tidak ada bagian touring di Timor Leste nya, dikarenakan forum tersebut lahir dari sub forum travel domestik, sedangkan Timor Leste (Lorosae) sudah bukan bagian NKRI lagi.
Sabtu, 16 September 2017
Diluar kebiasaan saya yang biasanya kalau ke arah Bali, selalu start touring Jam 01.00 dinihari, kali ini saya sengaja mempercepat keberangkatan menjadi jam 21.00 wib, karena kali ini saya tidak akan langsung menuju ke Bali, tapi singgah dahulu di Madiiun, maka saya pikir lebih baik saya memaksimalkan touring di saat gelap, mengingat sejatinya saya adalah nokturnal biker yg gagah perkasa riding di saat malam, tapi menjadi lemah, lesu tak berdaya seperti vampir saat terkena sorotan matahari.
Awalnya keputusan saya sepertinya akan salah, baru saja saya & Andini (motor saya) keluar dari Komplek Masnaga Jaka Permai, saya dihadapkan oleh kemacetan dahsyat di Kalimalang.
Kemacetan ini pasti sampai lampu merah depan Metropolitan Mall (MM), akhirnya saya putuskan putar balik masuk komplek Perum 1 Bekasi dan langsung keluar didepan MM, masih terkena macet, tapi sangat menghemat banyak waktu.
Selepas Lampu merah MM, jalanan masih sangat ramai karena bertepatan dengan malam minggu, tapi untungnya selepas Lemah Abang, Cikarang; jalanan menjadi sangat lancar, hanya sempat tertahan sedikit di Cikampek oleh acara konser Music, setelah itu kembali lancar.
Didaerah Indramayau kembali ada kemacetan parah, dimana jalanan sedang dicor, masih bisa selap selip sih untuk motor, tapi sangat menguras stamina, disebabkan motor saya sedang membawa banyak barang di top Box & 2 sidebags.
Minggu, 17 September 2017
Selepas kemacetan, jalanan berubah menjadi super lancar, saya sampai sering kelupaan speed motor terlalu kencang, mungkin karena sudah lama tidak touring, jadi terlalu antusias bagi saya untuk selalu menarik gas sampai red line hehe
Kehilangan pertama dalam touring kali ini terjadi di seputaran Kabupaten Pemalang - Jawa tengah, dimana jalan yang bergelombang parah membuat ikatan matras karet saya, perlahan terlepas & jatuh di jalan tanpa saya sadari.
sekitar Jam 07.30 wib saya sudah tiba di Kota Solo dan terhadang "car Freeday" (CFD), terpaksa motor saya masukkan saja ke parkiran stasiun Purwosari, dimana saya bisa santai makan & tidur2an. Prediksi saya sebelumnya, bahwa saya akan masuk solo setelah jam 09.00 selepas CFD, meleset. Saya tiba lebih cepat dari rencana.
Kabar Buruk Tapi Berkah
Saat saya melihat HP, ternyata ada 11 misscall, dan setelah saya telpon balik, rekan kerja saya mengatakan bahwa; " saya tidak perlu lagi mencari kost2 an mingguan di Madiun karena pekerjaan ditunda sampai bulan desember, Besok (senin 18/9/2017) mampir saja sebentar ke Madiun untuk mengambil titipan, kemudian langsung saja ke Bali, stand by di Bali dan bersiap untuk berangkat ke Kupang, Atambua & Dilli"..
Disatu sisi; kesal sekali saya akan berita ini, karena selain kehilangan pemasukan tambahan, kalau saja tadi di Semarang tidak belok ke arah Solo tapi terus di Pantura, harusnya saya sudah berada di batas Jateng - Jatm atau setidaknya sudah di Rembang.
Tapi disisi lain saya sangat bersukur, karena kesempatan untuk touring ke Timor Leste, yang sebelumnya bahkan tidak berani saya bayangkan, mulai terlihat samar samar, seperti melihat gunung yang indah selepas sunrise, setelah kabut perlahan tersingkap hehe.
Selepas CFD, saya langsung arahkan motor saya ke Karang Anyar, karena memang niat awalnya ke Madiun via tawangmangu - Magetan, yasudah...lanjutkan saja, lagipula saya malas melewati Sragen - Ngawi yang panas & berdebu.
Mendadak saya teringat, kalau saya masih punya 1 hari bebas sebelum besok mampir ke Madiun, tanpa berpikir 2 kali; saya belokkan saja Andini ke Candi Cetho dan langsung mengambil Pondok Wisata Ceto Indah seharga hanya 50rb / hari dengan kamar mandi dalam dan ada air panasnya (murah banget), yang sebelumnya juga pernah saya kunjungi bersama rekan2 goweser.sekitar tahun 2015.
Pondok wisata Ceto @50rb/hari |
Kamarnya, ada kamar mandi dalam & 2 tempat tidur |
Ini view didepan Penginapan tersebut, cukup indah, terlihat jalur dibawah dikejauhan:
Hari masih siang, tapi ceritra hari ini sampai disini saja ya..hehe.
Senin, 18 September 2017
Jam 07.00 wib saya sudah masuk ke Candi Cetho, yang sangat syahdu berada pada ketinggian 1400 MDPL. Candi ini tergolong unik, karena bentuknya punden berundak, yang merupakan bentuk tempat ibadah khas Nusantara, berbeda dengan kebanyakan candi Hindu di jawa era Mataram Hindu sampai era Majapahit.
Bahan dasarnya juga batu andesit dan reliefnya sangat sederhana, dimana kalau candi candi Majapahit terbuat dari bata merah dengan relief yang sangat detail.
Hal tersebut menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ahli, tentang kapan Candi Cetho dibuat. Apakah jaman akhir Majapahit atau jauh sebelumnya????
Candi ini sejatinya terdiri dari 14 teras dan yang tersisa hanya 13, sedangkan yang dipugar hanya 9. Saya tidak akan detail membahas teras demi teras yang tidak saya pahami, hanya pengantar gambar saja disertai kesan pribadi saya.
Sebelum memasuki teras pertama akan melewati 2 buah arca yang disebut Nyai Gemang Arum (menurut sebuah blog yang dahulu pernah saya baca):
Nyai Gemang Arum |
Teras pertama berupa halaman yang sangat besar, sayangnya saat itu jam 07.24, dimana matahari sedang kuat2 nya ditimur, sehingga foto2 saya jadi backlight.
![]() |
Teras 1 |
![]() |
Teras 1 |
Di teras ke 2 ada burung Garuda yang merupakan tunggangan Dewa Wisnu dengan matahari di ujung sayap & kepala, matahari ini saya duga merupakan lambang Surya majapahit , ada juga Kura kura raksaksa..Sayangnya tidak ada guide disitu yg bisa saya korek info nya lebih dalam, karena ada beberapa benda lain juga yang sepertinya melambangkan sesuatu.
Teras ke 2 yang ada lambang garuda, sengaja saya ambil gambar dr atas, agar tidak backlight |
Saya lupa, berikutnya ini teras 8 atau 9, tapi disini ada Sabdo Palon & Nayagenggong
Dan ini adalah bagian yang paling atas
Akhirnya saya mengambil pilihan ke 2 yang pastinya ada sedikit tikungan2 nya buat pemanasan sebelum nanti dihajar jalur Flores yang super kriting tanpa ada lurusnya.
Saya sempat berhenti untuk ngopi & ngemil gorengan disebuah warung, yang ternyata adalah tujuan favorit bolos para siswa SMA dari Solo, Magetan dan sekitarnya hehehe.
![]() |
|
Sepertinya disini banyak sekali tempat wisata, sayangnya waktu saya terbatas, nantilah kembali lagi kesini: untuk explore beberapa diantaranya.
![]() |
Andini terlihat cupu dengan velg jari2 & ban standar |
Sehabis ngopi saya melanjutkan perjalanan menuju Sarangan via Tawamangu, ternyata saat ini jalannya sudah sangat mulus & lebar:
![]() |
ini diambil dengan kamera HP |
Jam 10.15 wib saya tiba di telaga Sarangan, hmmm nyantai sejenak sambil ngebakso:
Sekarang giliran Andini ikutan ngeksis:
Jam 11.15 wib saya melanjutkan perjalanan ke arah madiun dan berhenti sejenak untuk mengambil dokumen kemudian langsung lanjut lagi.
Tercatat di HP saya, jam 13.00 saya sudah tiba di kota Nganjuk untuk makan siang.
Tidak ada catatan jam berapa saya tiba di SPBU Utama raya, tapi kemungkinan sekitar jam 20.00 wib.
Setelah Sempat mencoba tidur terlebih dahulu di SPBU ini, terlentang, tengkurap, balik kanan, balik kiri; tetap saya tidak juga bisa tidur, padahal saya sendirian saja di salah satu balai di sisi timur SPBU tsb, mungkin karena hasrat riding sedang sangat tinggi, yasudah lanjut saja
Cukup mengasikkan bagian antara SPBU utama raya - Pelabuhan Ketapang , kususnya saat melewati Baluran, dimana tikungan2 nya ber type highspeed corner dengan jalan yg sangat lebar, bisa sedikit menghibur dimalam hari dimana jalanan sangat sepi.
Dibagian ini Lampu Cree 20watt XML2 T6 type offroad yang saya beli Rp 425.000 pada september 2015 performanya masih sangat sangat memuaskan tapi lampu Cree 20 watt tidak jelas yg saya beli awal september 2017 ini seharga 140 rb, langsung saya buang di Bali. hmm harga memang tidak pernah bohong hehehe.
Dibagian ini Lampu Cree 20watt XML2 T6 type offroad yang saya beli Rp 425.000 pada september 2015 performanya masih sangat sangat memuaskan tapi lampu Cree 20 watt tidak jelas yg saya beli awal september 2017 ini seharga 140 rb, langsung saya buang di Bali. hmm harga memang tidak pernah bohong hehehe.
Jam 23.00 wib saya tiba di pelabuhan Ketapang, Banyuwangi dengan kondisi fisik yang masih segar bugar, santai & sangat enjoy dikarenakan sempat mengiinap dahulu di daerah dingin & indah (Candi Cetho), hal ini berkebalikan dari yang saya alami saat akan touring ke Flores tahun 2013, waktu itu begitu menyelesaikan lintas Jawa, rasanya lega sekali, sejujurnya bagi saya; lintas Jawa memang yang paling berat & membosankan dibanding lintas Pulau2 lain yang bahkan jauh lebih panjang.
** PETA JALUR LINTAS JAWA (1.109 KM)
Rincian pengeluaran bagian 1:
1) Makan 3minum, rokok, jajan = Rp 400.000
3) Tiket Ferry Jawa - Bali (motor + Rider) : = Rp 24.000
4) Bensin (Pertalite) :
- Bekasi = Rp 75.000 (10 L)
- SPBU Muri Pemalang = Rp 60.000 (8 L)
- Karang Anyar = Rp 50.000 (6,6 L)
- Sidoarjo = Rp 50.000 (6,6 L)
- SPBU utama Raya = Rp 25.000 (3.3 L)
5) Penginapan di Candi Cetho = Rp 50.000
6) Ganti Oli di Solo Federal XX 20/50 = Rp 50.000
7) ganti kanvas rem belakang di Solo = Rp 50.000
8) HTM Cetho & Sarangan = Rp 20.000
--------------------------------------------------------------------------------------- +
Total pengeluran bagian 1 = Rp 854.000
Rincian pengeluaran bagian 1:
1) Makan 3minum, rokok, jajan = Rp 400.000
3) Tiket Ferry Jawa - Bali (motor + Rider) : = Rp 24.000
4) Bensin (Pertalite) :
- Bekasi = Rp 75.000 (10 L)
- SPBU Muri Pemalang = Rp 60.000 (8 L)
- Karang Anyar = Rp 50.000 (6,6 L)
- Sidoarjo = Rp 50.000 (6,6 L)
- SPBU utama Raya = Rp 25.000 (3.3 L)
5) Penginapan di Candi Cetho = Rp 50.000
6) Ganti Oli di Solo Federal XX 20/50 = Rp 50.000
7) ganti kanvas rem belakang di Solo = Rp 50.000
8) HTM Cetho & Sarangan = Rp 20.000
--------------------------------------------------------------------------------------- +
Total pengeluran bagian 1 = Rp 854.000
om Revan,.. mau tanya nih.. btw kalau touring gtu aman ajakah pakai velg jeruji? atau sudah pakai anti bocor?
BalasHapusBiasanya sih selalu makai Velg racing tubeless + anti bocor, tapi kemarin detik2 sebelum jalan pas meriksa motor, ternyata ban nya ada benjolan, terpaksa makai sepasang velg jari2 + bannya.
BalasHapusga bisa di subtitusi bannya aja karena ukuran velg racing & jari2 nya sekalipun sama2 ring 18, tapi lebar nya beda.
Velg racing utk ban belakang 110/80 sedangkan jari2 utk ban 300.
Untungnya sih aman2 aja, tapi sumpah..deg deg an juga.