Kamis, 16 November 2017

Jelajah Sunda Kecil & Lorosae, Bagian 4 (Flores 1)

Bagian Tentang Flores (berangkat) ini sengaja saya bagi 2, agar lebih ringan dibukanya, dikarenakan foto fotonya lumayan banyak.

Kamis 28 september 2017
Jam 07.00 wita, loket tiket ferry ke Labuan Bajo sudah dibuka, saya langsung membeli tiket tapi tidak segera menaikkan motor ke atas kapal, mengingat ferry baru jalan jam 09.00 wita.
Saya memilih bersantai sambil ngopi ngopi di teras depan losmen dan baru masuk ke Kapal jam 08.30 wita.

Beruntung, ternyata Ferry yang akan saya naiki kali ini adalah KMP Cakalang II yang bagus, cepat dan dikomandani oleh nahkoda kawakan putra Bali; Kapten Wayan Edy Saputra, berkebalikan dengan KMP Cakalang (tanpa embel2 angka) yang karatan & lamban seperti tampak pada foto dibawah yg saya ambil dalam perjalanan pulang saat berpapasan:
KMP Cakalang yg penuh karat
Ternyata diatas kapal, sekalipun kendaraan yang diangkut relatif sedikit, tapi penumpang sangat banyak, dengan beberapa diantaranya adalah backpackers baik lokal maupun wisman.
Hal yang sepertinya agak aneh, karena wisatawan yang tidak membawa kendaraan untuk apa naik kapal Fery (RoRo)?  Mungkin karena tiket pesawat ke Labuan Bajo lumayan mahal, jadi umumnya mereka yang via Bali akan menggunakan transportasi darat dan laut, sedangkan yang dari jawa bisa langsung ke Bima yang sejak awal september sudah bisa didarati oleh boing 737.

Sebelum kapal berangkat , saya sempat mengambil foto di Pelabuhan Sape yang sepertinya agak berawan ini:


Ditengah pelayaran cuaca agak mendung, sehingga saya hanya mengambil sedikit foto saja, apalagi sebelumnya saya sudah pernah naik ferry dijalur ini, lebih baik saya tidur saja  :



Mendekati Labuan Bajo, saya terbangun dan langsung mengambil Gambar, cuaca masih sedikit mendung & terlihat beberapa kapal kecil yang baru pulang dari sailing trip komodo :


Saat itu sudah jam 16.00 dan Labuan Bajo sudah terlihat jelas, tapi tidak indah seperti biasanya karena awannya cukup tebal  :

Dibawah ini Foto pagi hari di  Labuan Bajo yang saya ambil dalam perjalanan balik ke Jakarta 2 Minggu kemudian, berbeda sekali denghan foto diatas dikala mendung sore hari :
Foto diambil saat perjalanan kembali ke jakarta
Jam 16.30 wita ban Andini kembali menjejak tanah Flores untuk yang ke 3 kalinya setelah Touring Flores 2013 dan hanya singgah beberapa jam tahun 2015 sebelum langsung nyebrang lg ke Sape (turun dari Ferry Tanjung Bira - Labuan Bajo).

Kali ini suasana Labuan Bajo sudah agak berbeda, dimana wisatawan asing maupun domestik sudah agak banyak, dan yang uniknya wisatawan domestik saat tahun 2013 hanya golongan backpacker saja, sedangkan saat ini sudah bervariasi, mulai dari golongan tourist, backpacker, flashpacker dan jenis wisatawan yang saya tidak tahu namanya, tapi ciri mereka bergerombol keroyokan, tidak membaur dan menggunakan hastag berbau kata2 adventure, wildlife, nature di instagram tapi seluruh foto2 nya dominan hanya wajah saja satu frame penuh ,menutupi background pemandangannya hehe.

Kalau saat tahun 2013 & 2015 saya mengambil Losmen Bahagia seharga sekitar 150rb (tanpa AC), kali ini sengaja saya mencari losmen yang lebih murah, karena saya sendirian saja tanpa teman untuk share cost.

Sempat survey harga beberapa losmen, akhirnya saya putuskan mengambil losmen Backpacker yg sekalipun satu kamar untuk beberapa orang, yang penting ada AC nya yg merupakan syarat mutlak bagi saya kali ini (lagi kegerahan), seharga Rp 85.000 sudah dapat sarapan plus kopi.

Setelah mandi, saya langsung kembali menaiki Lembu Andini (motor saya) untuk mengisi bensin & melihat Sunset di seputaran bukit cinta. Sebenarnya saya sudah 2X foto foto disini, jadi kali ini fokusnya cuma menikmati suasana saja dan fokus foto Andini yang usianya sudah hampir 17 tahun ini :
Andini 2017

Andini 2017
Dibawah ini foto Andini tahun  2013, selain Top Box & Side Bags nya berbeda, Tahun 2013 juga ada stiker bertuliskan adeng2 (Hati hati) di tangki dan hand guardnya lebih besar :

Sudah Sunset tapi masih agak terang saat ini:

Kalau diperhatikan posisi matahari saat sunrise 2013 dibawah ini lebih kekanan dibanding saat ini (2017), itu karena saat ini sudah akhir september sedangkan 2013 masih dibulan Agustus:

Tiba tiba kepikiran unmtuk melihat Sunset dari sisi bawah (Pantai), langsung saja saya bergeser kebawah, sayangnya sampai dibawah sudah sedikit telat, mataharinya sudah sedikit tertutup oleh bukit ::


Ohh iya, kenapa kali ini saya tidak sailing trip Komodo? menurut saya yang sudah pernah sailing trip tahun 2013, sepertinya ke P Komodo cukup sekali saja, lebih baik riding menikmati tikungan2 di Flores yang dijamin selalu bikin kangen.

Sekitar jam 19.30 wita saya berjalan kaki ke Kampung Ujung untuk makan Malam dan bertemu 3 orang backpackers dari Jakarta yang baru saja pulang sailing trip Komodo dan besoknya hendak lanjut ke Taman Laut Riung & Desa Bena, tapi karena saya naik motor dan mereka akan naik travel, kami janjian saja langsung bertemu di kota Bajawa.

Pulang makan, kami menikmati suasana Labuan Bajo yang mulai mirip Legian (Bali) di pertengahan 90an, dimana sudah banyak Bar & Cafe yang bermunculan dengan beragam jenis genre music.
Tidak lama kami menikmati malam,  karena ke 3 backpackers tersebut sudah kelelahan dan hendak langsung tidur.

Merasa masih belum ngantuk saya bergabung dengan beberapa warga lokal yang umumnya karyawan bisnis wisata di Labuan Bajo  tidak jauh dari penginapan, untuk sekedar nongkrong sambil gitaran dan belakangan ada beberapa wisatawan asing juga yang bergabung...menyesal saya rasanya, karena suara mereka ternyata bagus2 & jago2 main gitarnya,, mendadak saya jadi minder hehehe.

Dan hal paling menakutkan itu tiba, dimana giliran saya harus menyanyi sambil gitaran yang membuat saya keringat dingin, benar benar menegangkan, sama menegangkannya seperti jika menjadi bocenger di motor yang dikemudikan oleh seorang wanita hehe.

Saya tidak bisa nyanyi, tidak bisa main gitar, tapi tiba2 entah setan darimana yang merasuki saya, yang tiba2 bisa melantunkan dengan lancar lagu ini :
We skipped the light fandango
Turned cartwheels cross the floor
I was feeling kinda seasick
But the crowd called out for more
The room was humming harder
As the ceilling flew away
When we called out for another drink
The waiter brought a tray
ya benar (jago nebaknya hehe) Itu lagu dari Procol Harum - A Whiter Sade Of Pale.

Suara super fals saya tidak terlalu terdengar karena beberapa orang kususnya bule langsung menjadi backing vocals dengan suara yg lebih lantang dari saya.

Suasana bertambah "panas" ketika seorang wanita bule sexy mendapat giliran menyanyi .disertai goyangan yg memancing kita semua mengikutinya :
 I come home in the morning light
My mother says when you gonna live your life
Oh mother dear we're not the fortunate ones
And girls they wanna have fun
Oh girls just wanna have fun
Mendadak saya jadi teringat video Ashlee Simpson sewaktu berduet dengan Cyndi Lauper saat menyanyikan lagu  Girls just wanna have fun, mirip gaya, postur & wajahnya.
*Ashlee Simpson yang baju biru, yg merah si mbok Cyndi hehe.

Dari Perbincangan dengan mereka, banyak yang bingung, karena; wisatawan domestik Indonesia, biasanya selalu datang keroyokan, arogan dan tidak membaur dengan warga lokal, tapi saya selain sendirian, mau membaur dan motoran sendirian pulak dr Jakarta, jelas mereka terheran heran.

Mereka menjadi semakin terbuka & ramah, baik warga lokal & beberpa bule setelah seorang wisatawan asal Belgia mengetahui saya orang Bali dari gelang Tridatu yang saya kenakanan, tapi saya langsung kabur masuk kamar saat seseorang meminta saya menyanyikan lagu pop Bali. Daripada harus nyanyi lagu pop Bali  yg syairnya gajelas itu, mending saya disuruh berantem lawan 4 preman aja dah hehehe.




Jumat 29 september 2017
Jam 08.00 wita saya terbangun dengan kepala yang masih terasa pusing efek semalam hehe.
Tinggal saya satu2 nya penghuni losmen yang masih tersisa, Sopir Oto yang akan membawa 3 backpackers rekan baru saya semalam juga sudah Jalan, tapi malas sekali rasanya mau jalan, masih lemas, pusing & ngantuk

Sekitar jam 8.30 wita akhirnya saya jalan juga ditengah cuaca yang awalnya gerimis, tapi sebentar saja dan kemudian berubah cerah,  Hal yang wajar karena di Flores ini memang cuacanya ababil, sebentar panas, sebentar hujan, sebentar lagi panas, hujan lg dst.

Saya memulai riding dengan santai dan speed yang cenderung lambat, tapi begitu masuk jalur tikungan, mendadak saya menggila dengan penuh antusias melahap tikungan demi tikungan.

Baru beberapa kilometer saya sudah berhenti untuk mengambil foto2 dibawah ini:



Entahlah ini didaerah mana, yang pasti saya berhenti di sebuah warung, tidak jauh dari jembatan ini untuk ngopi menghilangkan ngantuk yang masih mendera:

Ada mobil dibawah sama

Perjalanan saya lanjutkan dan baru didaerah Lembor, APV yang ditumpangi oleh 3 backpackers kenalan saya itu sudah saya overtake, sepertinya sopirnya kesulitan melahap tikungan demi tikungan gara2 efek semalam hahaha.

Memasuki daerah Cancar (atau sebelumnya), saya kembali berhenti, sayang kalau daerah ini saya lewatkan, langitnya begitu indah, anehnya kenapa sewaktu touring tahun 2013, saya tidak berhenti disini, mungkin karena lagi keasikkan riding:





Perjalanan berlanjut dan mendekati Ruteng, cuaca yang sempat cerah, berubah menjadi hujan, tapi tidak lama, sesampainya saya di Kota Ruteng, cuaca kembali cerah. 

Di Kota Ruteng ini selain makan, saya juga mengganti oli mesin yang ternyata sudah terpakai 2.600 KM (lewat sekitar 100 KM) sejak terakhir ganti di Kota Solo.
Sebenarnya kalau jarak langsung Solo - Ruteng, paling hanya 1500 Km, tapi sepertinya selama 1 Minggu di Bali, motor terpakai sekitar 1.000 KM.

Sehabis makan, tujuan selanjutnya adalah Aimere dan di dekat danau Ranamese, cuaca berubah mendung pekat, yang membuat saya langsung berhenti memasukkan semua barang2 penting kedalam Box & sidebags yang sudah dilapis, cover bags & beberapa lapis plastik didalamnya agar kedap air. Tapi sebelumnya saya sempat mengambil foto :

*Danau Ranamese nanti akan saya kunjungi dalam perjalanan pulang 2 minggu dari hari ini, tapi saya akan berikan preview melalui 3 contoh foto, biar penasaran :
Sayangnya saat itu masih pagi, mendung &berkabut
(sempat hujan ringan juga)
Ada Pancoran (air terjun mini)


Akhrnya kabut & hujan pergi


Kembali ke cerita : 
Benar saja baru beberapa menit ngegas Andini, hujan yang sangat dahsyat turun didataran tinggi ini, jalur menjadi sulit karena tikungan2 tajam menjadi basah bercampur tanah yang tergerus oleh air. dan beberapa titik jalan seolah sudah berubah menjadi kali. Saya benar benar harus konsentrasi & ekstra hati hati agar motor tidak tergelincir.

Saya sempat berpikir apakah lanjut atau berteduh dahulu, tapi kemudian saya tetap berlanjut  dengan alasan selain tidak ada tempat berteduh, juga terbayang kalau malam hari menghadapi situasi seperti ini, tentu akan lebih berat lagi yang penting saya bisa sampai ke Borong terlebih dahulu,  sebagai titik aman pertama, dimana sesial sialnya tidak bisa berlanjut, karena longsor atau bencana lainnya, di Borong ada penginapan & perkampungan warga.

Keputusan saya salah,  saya nyaris  mendapatkan musibah terkena dahan pohon besar yang jatuh karena angin & hujan yg begitu kuat, untungnya masih luput sekitar 1,5 meter dikiri saya. Seandainya tadi kena, mungkin lama baru saya di evakuasi, karena saat itu tidak ada satu kendaraanpun yang lewat.

Selepas Borong hujan mulai sedikit mereda dan jalanan mulai aman dikendarai sampai akhirnya setelah sekitar 3 jam lebih melahap tikungan2 tajam tanpa putus Jam 16.40 wita (tercatat di HP), saya tiba di Aimere. Ternyata hujan tadi mendatangkan berkah; dikarenakan pasir yang basah; menjadi keras, membuat saya bisa dengan mudah membawa motor saya sampai ke pinggir pantai tanpa perlu ada adegan ban ngesot2 segala hahaha.

Setelah melepas jas hujan (jas hujannya ngerusak view) saya langsung foto2 dan belakangan saya baru tahu, klo Pantai ini biasa dijadikan tempat istirahat para Bikers setelah berjam jam kelelahan melahap tikungan2 Ruteng - Aimere.
kelupaan mindahin jas hujannya

Sambil merokok samsu & menyruput segelas kopi Bali, saya sempat merenung, "bodoh & nekat sekali saya tadi, harusnya saya berteduh dahulu, toh waktu tempuh saat hujan mulai reda akan jauh lebih cepat dibanding saat hujan super deras...yasudahlah, yg penting tadi luput dari musibah ketiban dahan pohon".

Kembali menarik gas Andini,  kali ini saya akan memasuki bagian favorit saya di lintas Flores, yaitu Aimere - Bajawa dimana saat ini jalanan sudah sangat mulus, hanya saja banyak pasir dibeberapa tikungan. Sebelum melibas tikungan2 tersebut saya sempatkan foto2 terlebih dahulu, karena nanti saya pasti akan lupa diri menghadapi nikmatnya tikungan2. :


Perjalanan berlanjut dan saya menjadi benar benar menggila seperti kesurupan melahap tikungan demi tikungan dengan penuh antusias sampai teriak2 sendiri saking kegirangan tanpa menengok view di kanan - kiri jalan yang sebenarnya sangat indah.

Saat saya sedang asik "mereng mereng" dengan Andini, saya melihat ABG bermotor yang sedang mogok ditengah hutan dibantu oleh 3 wanita dewasa, 1 pria dewasa & 3 anak anak, menggunakan mobil Kijang Super (5K). Secara naluri kemanusiaan saya langsung berhenti untuk membantu dan niat baik saya langsung terbayar kontan oleh pemandangan super keren yang sebelumnya tidak saya perhatikan.



Ternyata abg tersebut Mogok dan menelpon Ibunya di Kota Bajawa untuk menjemput, sayangnya sang Ibu bukannya membawa montir, malah membawa keluarga besarnya, termasuk 3 bocah dibawah 10 tahun. hahaha.

BISIKAN DARI MASA LAMPAU
Setelah Motor abg tersebut kembali hidup (busi nya doang mati dan pertolongan pertamanya, saya pecahkan mika businya) , saya tidak langsung pergi, saya kepinggir jalan dan turun ke sebidang area kira2 1,5 meter dibawah jalan hendak mencari spot untuk foto2.

Mendadak saya mengalami kejadian yang sama dengan yang pernah saya alami saat di Menara pandang "Tele" (Sumut) tahun 2014. (bisa lihat di Touring Sabang 2014, bagian 4).Dimana ke 2 tempat tersebut memang memiliki nuansa & aura yang sama persis menurut saya, bahkan view nya juga agak mirip mirip.

Entah itu De javu, anomali neorologic atau saya memang seorang Ciranjiwin (mahluk abadi) yg sedang amnesia, sepertinya saya sangat mengenal tempat ini, pernah tinggal di tempat ini dan punya ikatan batin yang kuat, bahkan jauuuuuuuuh sebelum touring Flores 2013, seperti berabad abad yg lampau. hehehe

Kemudian saya putuskan gelar matras, keluarkan kompor, masak air untuk bikin kopi sambil mendengarkan suara desiran angin yang seperti keras terdengar dari balik barisan pegunungan; seolah olah menyampaikan: ucapan selamat datang kembali, bisikan dari masa lampau, pesan untuk masa depan, keluhan2 dan pesan untuk selalu datang menengok tempat ini kembali.

Damai, tenang & nyaman sekali rasanya saat itu, apalagi tempat tersebut sangat sepi tanpa ada satu manusia pun selain saya :


Setelah puas menikmati alam; desiran angin dan suara kicauan burung dari balik gunung; saya melanjutkan melahap tikungan demi tikungan dengan speed tinggi sambil overtake kendaraan2 lain dengan penuh penjiwaan hehe.
Bagian ini menjadi moment paling berkesan dalam touring kali ini, tidak seperti saat touring 2013 dimana waktu itu speed kami cenderung rendah karena waktu itu sudah gelap & berkabut.

Sekitar jam 19.00 wita saat  memasuki persimpangan Kota Bajawa, saya belok ke kiri masuk ke dalam kota, dimana kalau ke kanan akan langsung ke arah Ende.
Senang sekali rasanya kembali ke Kota yang merupakan favorit saya ini, tak lupa saya langsung menelpon 3 orang backpackers rekan saya.

Ternyata Mobil yang mereka tumpangi, masih sangat jauh dibelakang, karena mereka tadi berhenti saat hujan dahsyat dan baru kembali jalan setelah hujan reda.
Saya tidak bisa menunggu mereka yang mungkin masih 3 - 4 jam lg baru sampai, karena saya sudah basah kuyup & kedinginan, langsung saja saya mencari penginapan di seputaran jalan utama dan hasilnya penginapan pertama yang saya datangi tarif termurahnya Rp 475.000,  saya lanjutkan cari penginapan lain dan ternyata semuanya hotel bertarif diatas 275rb, mengingat mayoritas tamu2 nya adalah orang asing.

Secara logika saya harus keluar dari jalan utama untuk mendapatkan penginapan dengan harga yang jauh lebih murah, kemudian mencari titik keramaian, seperti; pasar, sekolah (kampus) atau terminal dimana selain saya bisa ngopi, sekaligus juga bisa mencari info dari warga lokal tentang penginapan murah.

Akhirnya saya mengambil Hotel Virgo atas rekomendasi warga lokal seharga Rp 120.000 / hari dengan kamar mandi dalam,  air panas, 2 tempat tidur dan dapat sarapan.
Daerah diseputaran hotel Virgo ini juga banyak penginapan murah, bahkan ada hotel backpacker seharga 70rb atau 80rb dengan fasilitas seadanya yang awalnya hampir saja saya ambil, tapi karena malam ini saya harus mencuci pakaian yang basah, saya putuskan untuk ke hotel virgo saja.

Ternyata dinginnya Kota Bajawa dimalam hari ini, lebih sadis dari Dieng, saya yang awalnya gaya2 an keluar berjalan kaki untuk makan dengan hanya bercelana pendek & kaos oblong, terpaksa lari kembali ke penginapan untuk mengambil jaket & celana panjang karena kedinginan, padahal makanan sudah tersaji di meja hehe.


Peta Jalur Lintas Flores 1 (266 KM)



Rincian pengeluaran bagian 4:
1) Makan, minum, rokok, jajan & bir           = Rp 300.000
2) Penginapan :
     - Labuan Bajo                                            = Rp  85.000
     - Kota Bajawa                                             = Rp 120.000
4) Bensin (Pertalite) - Labuan Bajo             = Rp  60.000 (8 L)
5) Oli Mesin Fed XX 20/50 (Kota Ruteng) = Rp  55.000   
6) Tiket Ferry Motor + Rider Sape - Bajo   = Rp 186.000
----------------------------------------------------------------------------------------- +
Total pengeluran bagian 4                           = Rp 806.000



Bersambung Ke Bagian 5 (Flores 2)

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar