Sabtu, 22 Februari 2020

Roadtrip Mudik ke Bali (Bagian 1)

Sehubungan, ada beberapa rekan yang sering bertanya tentang roadtrip Jakarta - Bali dengan mobil, maka kali ini saya murtad sejenak dan mencoba menuliskan pengalaman pribadi mengemudi mobil Jakarta - Bali yang sebenarnya justru lebih dahulu saya lakoni sejak SMA (sesudah memiliki SIM A) sebelum kemudian justru beralih menjadi motorbike traveler demi penghematan biaya jalan jalan.

Untuk foto foto dan vidio, saya ambil gabungan dari 2 roadtrip terakhir, yaitu juni 2019 dan januari 2020, untuk perhitungan biaya saya gunakan januari 2020, sedangkan untuk ceritra saya gunakan yang juni 2019 karena timeline gmap nya paling komplit dimana saat itu  Hp saya hampir selalu hidup.

Tujuan mudik kali ini, untuk menghadiri upacara Ngaben masal dari 2 kakak misan saya yang  keduanya adalah anak laki laki dari kakak perempuan kandung nomer 5 dari Bapak (Bapak saya no 11), dimana keduanya meninggal dunia dalam waktu yang berdekatan karena sakit.

==Kamis 20 Juni 2019==
Awalnya saya merencanakan berangkat jam 21.00 wib, mengingat saat itu sedang proyek pembangunan Tol layang Jakarta - Cikampek yang setiap harinya memulai pengerjaan jam 23.00 s.d 05.00 wib, agar mendapatkan kondisi lalulintas yang lebih lancar.

Akan tetapi Bapak saya baru pulang dari mengajar jam 22.00 wib, sehingga kami baru berangkat jam 22.21 wib.
Benar saja, baru masuk tol via GT Bekasi Barat, langsung disambut kemacetan yang lumayan, tapi selepas Krawang Barat relatif sudah lancar..
Muacett

Tercatat jam 23.54 wib kami baru tiba di rest area Km 57, tapi seperti biasa saya tidak pernah mau makan disini, selain alasan harga, rasanya juga tidak cocok dengan lidah saya, biar Bapak saya saja yang makan disini.


Selepas GT Cikampek lalulintas super lancar, tapi saya tetap menahan speed di 85-90 kpj saja.


==Jumat 21 Juni 2019==
Jam 02.54 wib kami tiba di rest area 207A (selepas Cirebon) dan disinilah saya baru makan masakan yang sesuai dengan lidah saya yang Indonesia banget, dimana warung2nya model kantin / warteg dengan 2,5 porsi nasi rames hanya kisaran 40 ribuan saja.

Menjelang pagi, diseputaran Semarang, entah setan apa yg merasuki saya, mungkin karena bosan, saya  bermain Hp untuk wa_an dan bikin video, JANGAN DICONTOH !!!



Jam 05.51 wib kami tiba di rest area 429, Ungaran Timur untuk sarapan, ngopi dan istirahat sejenak.
Ini pertama kalinya saya break di Rest area ini dan ternyata harga makanan masih terbilang bersahabatlah, sekalipun pilihannya sedikit.
Disini saya makan soto yang nasinya dicampur dengan porsi yang bisa dibilang hanya 1/4 porsi saya.



Selepas Unggaran, jalanan benar benar kosong melompong, hanya segelintir  saja kendaraan yang lewat dan kami tiba di Rest area 575A Paron, Ngawi- Jatim jam 08.10 wib.
Rest area ini masih gersang dan belum ada SPBU, tapi pilihan masakan tradisonal ala rumahannya sangat beragam, yang membuat saya sarapan kedua dengan 2 porsi nasi rames, tapi Bapak saya justru tidak makan disini (biasa dia sok higienis).

Di rest area 575A ini Bapak saya memaksa menggantikan saya agar saya bisa tidur, padahal saya masih segar bugar dan malah tidak akan bisa tidur kalau Bapak saya yang mengemudi.


Akhirnya, daripada ribut, saya mengalah saja, sekalipun saya harus super tegang dikarenakan Bapak saya ini pengemudi yang kasar, gradak gruduk, tidak sabaran, tidak tenang dan memiliki kontrol kesadaran yang buruk, untungnya saat ini dia sudah tua dan mulai sedikit membaik dibanding sewaktu muda dahulu yang bahkan waktu itu; cara mengemudinya lebih menyeramkan dibanding sopir metromini S79 (Blok M - Lebak Bulus) atau Koantas Bima 510 (Kp Rambutan - Ciputat) yang biasa saya naiki jaman kuliah dahulu.

Benar saja, kalau saya selalu menahan speed di 85-90kpj, saat saya lirik speedo, kecepatan mobil dibawah kendali aki2 sableng ini sudah 130Kpj (jalanan super kosong).
Untung saja memasuki simpang Waru (Surabaya) percabangan jalan di tol membingungkan bapak saya, ditambah lalulintas Surabaya - Gempol terbilang padat, sehingga Bapak saya menyerahkan kembali kemudi ke saya dengan alasan "daripada salah jalan" . hahahaha. (padahal dia tidak sabaran kalau macet / padat).

Jam 11.03 wib, kami sudah tiba di Leces, Probolinggo, sebagai ujung sementara Tol trans Jawa, saat itu ruas Grati - Leces masih gratis, tapi sekarang sudah berbayar dan tarif yang harusnya kami bayar 727.500, ternyata total yg kena debit dari emoney hanya Rp 717.000 saja, sekarang pun demikian dari tarif resmi Cawang - Probolinggo yg Rp 742.000, realnya didebit hanya Rp 735.000 saja (kalau saya tidak salah hitung).


Jam 11.51 wib kami berhenti makan di Resto Ocean Garden didaerah Gending, Probolinggo, yang ternyata Rumah makan ini sangat nyaman, ada hutan mangrove dibelakangnya, pemiliknya ramah (mantan pejabat), menunya beragam, harga relatif murah...tapi sayangnya...ayam kampung bakar plus cah kangkung yang saya pesan, cenderung tidak ada rasanya.


Selepas Probolinggo, jalur relatif padat dan jam 14..02 wib kami baru tiba di SPBU Utama Raya, Situbondo untuk mandi dan ternyata toilet VIP nya naik dari Rp 7.000 ke Rp 10.000.
Idealnya sih harga cukup 3X dari toliet biasa yg 2.000, apalagi bonus sabun & sampo pada toilet VIP terbilang mubazir buat Backpacker / Bikepacker seperti saya yang selalu siap peralatan mandi kemanapun pergi.

Memasuki Baluran, ada 2 atau 3 titik perbaikan jalan yang cukup mengherankan buat saya; "kenapa hampir setahun 2X jalanan diperbaiki, tapi yang mulus tetap yang disisi timur saja??".

diambil Januari 2020 dgn Fuji S2950 yg direkatkan
ke dashboard
Jam 17.56 wib kami tiba di Pelabuhan Ketapang dan 18.49 wib (19.49 wita) merapat di Gilimanuk.
Sempat berhenti makan di Tabanan dan akhirnya jam 23.12 wita tiba di Kampung saya di Sidan, Gianyar (33 Km ditimur Denpasar).

Total waktu tempuh kali ini 23 jam 51 menit, mungkin dianggap cepat bagi yang baru baru saja ke Bali, tapi kalau menengok 2 - 2,5 dekade ke belakang. saat itu Tol hanya Jakarta - Cikampek dan Gresik - Gempol dimana total tarif (2001) Tidak sampai Rp 10.000; waktu tempuh saya juga selalu dikisaran 24 jam, waktu tempuh mulai molor menjadi rata2 30 - 35 jam setelah tahun 2003an, sedikit membaik sejak ada Tol sampai Pejagaan, tapi tetap waktu tempuh rata2 di 28 jam.


Kenapa sebelum 2001 waktu tempuh lebih cepat? karena saat itu masih Jakarta sentris, pergerakan ekonomi hanya seputaran Jakarta saja, sedangkan daerah diluar itu kosong, baru setelah diberlakukan OTODA, mobilitas perekonomian di Jawa - Bali kususnya, sangat tinggi bahkan sampai pelosok pelosok kampung, terasa sekali banyaknya truk membawa barang2 sampai kejalan Kabupaten, kondisi jalan juga jadi ikutan memburuk.



PETA JALUR DAN INFO

BIAYA POKOK YANG DIKELUARKAN :
1) Bensin Pertalite =    Rp 750.000
2) TOL =                         Rp 745.000 (biasanya adsa diskount)
3) Ferry =                      Rp 159.000 (hnaya busa dibayar degn emoney bank pemerintah)
-------------------------------------------------------------- +
Total biaya pokok =  Rp 1.654.000





1 komentar: