Senin, 18 Juli 2016

Sisi Lain Pulau Dewata bagian III (Blusukan di Bali Daratan)

Di bagian III ini saya akan berkunjung ke tempat2 wisata yang belum terlalu terkenal di Bali daratan, Seperti : Bukit Asah, Air Terjun Dusun Kuning, Air Terjun Sekumpul dll.


Senin 28 Maret 2016
Jam 05.00 wita saya terbangun di rumah keluarga besar Bapak saya di Banjar JagePerang, Sidan Kab Gianyar - Bali. Masih terasa sangat lelah, sehabis melakukan upacara ngaben Iwa saya kemarin, tapi...mendengar suara Ayah saya yang sedang bersih2 rumah, saya tidak bisa diam berpangku tangan saja, saya langsung menarik selimut lagi..ehh, maksudnya saya langsung melompat bangun & membantu. >:/ B-)

Kemudian saya ke Seme (kuburan) tempat dilaksanakannya upacara ngaben kemarin untuk mengangkat sisa2 sampah, membersihkan & membakarnyanya.

Saat membersihkan kuburan, mata saya menatap bukit jati dikejauhan dan mendadak timbul keinginan untuk berkunjung ke bukit Jati terlebih dahulu sebelum balik ke rumah.

Hari ini waktu saya tidak banyak untuk explore tempat2 wisata, karena jam 13.00 wita, saya harus ke Denpasar untuk urusan pekerjaan, tapi kalau cuma jalan jalan seputaran Sidan saja, masih cukuplah waktunya.

1) Bukit Jati, Guliang - Bangli
HTM = gratis & Parkir = Gratis 


Bukit Jati ini sering disebut orang: "Bukit Jati, Sidan", tapi sebenarnya lokasinya di Guliang yg sudah masuk Kabupaten Bangli, dimana saat ini sudah ada 2 akses jalan yg bisa dilalui kendaraan untuk ke bukit Djati, tapi saya putuskan kali ini berjalan kaki saja melewati sawah milik Pekak (kakek) saya sekalian mampir ke sebuah telaga alam yg disebut Gelaung, sekedar untuk nostalgia masa kecil dahulu.
Trekking ke Bukit Jati melewati area persawahan
setelah melewati persawahan,
Jalan mulai Mendaki
Hutannya ini ditanam oleh Polres Bangli
Kami tiba di Puncaknya, dimana ada tempat yang disebut "Bale Bengong", yaitu Tempat untuk bersantai & melihat panorama, sayangnya saat ini sudah berdiri Pura di Utaranya, sehingga pemandangan kesisi utara menjadi tertutup: :(


Balai Bengong, Bukit Jati
Kalau melihat ke Pemancar seluler pada foto dibawah, disekelilingnya adalah sawah milik pekak (Kakek) saya dan tempat berdirinya pemancar tersebut juga milik pekak saya yg disewa Indosat selama 30 Tahun (perpanjangannya / 10 tahun). Didepannya yg terlihat botak, itu disewa oleh pedagang kembang & dia memilih menanam kembang dibanding padi yg katanya lebih menguntungkan.


Tepat Dibelakang pemancar (Utara) ada kali kecil yg merupakan batas kabupaten Gianyar dengan kabupaten Bangli dan disamping (barat) Pemancar ada saluran irigasi kecil, dimana dahulu kala saya ikut membantu ayah saya menanam bibit2 pohon Cengkeh dipinggir pinggirnya dan saat ini bibit2 tersebut sudah menjadi puluhan pohon2 cengkeh yg melingkari sisi barat & utara sawah pekak saya (yg disisi utara tidak terlihat di gambar) :
Sawah milik Pekak saya
ketika di zoom, terlihat pohon2 cengkeh di barat 
 pemancar (yg di utara tidak terlihat), yg saya 
punya andil menanamnya saat kecil dahulu.
kalau dilihat kesisi selatan, akan terlihat Desa Sidan & Nusa Penida dikejauhan:
Abaikan orangnya, liat aja Nusa Penida di kejauhan
Desa Sidan
Di sisi Timur adalah barisan perbukitan daerah Klungkung :
view arah timur
Kalau melihat ke Barat Daya, akan tampak sebagian Kota Gianyar dan Pantai Lebih:
View kearah Barat Daya
Saat turun dari bukit jati, awalnya saya akan mandi di Pancoran saja, yg merupakan tempat pemandian umum terbuka (tanpa atap) dengan air yg mengalir langsung dari mata air..tapi kemudian saya putuskan untuk mandi di Air Terjun Kanto Lampo saja, yg hanya berjarak 4 Km dari Rumah saya, tapi harus pulang dahulu untuk ngambil motor & Kamera, karena 4 Km klo jalan kaki mah lumayan pegel, sekalipun ada jalan via perswahan dan kampung kampung tanpa harus lewat jalan raya,



2) Air Terjun Kanto Lampo, Beng - Gianyar
HTM = Rp 5.000 & Parkir = Gratis


Bisa Dibilang Air Terjun Kanto Lampo yg terletak di Kota Gianyar ini, merupakan air terjun dengan akses yg paling mudah, dari parkiran motorpun, kita hanya perlu menuruni beberapa anak tangga saja untuk sampai ke Kali tempat air terjun ini berada.






Acara Piknik hari ini telah berakhir, saya harus Segera Pulang ke rumah, bersiap untuk berangkat ke Denpasar dan bekerja sampai tengah malam :'( 


Selasa 29 Maret 2016
Hari ini awalnya saya berniat explore beberapa air terjun di seputaran Kabupaten Bangli, spt: Tukad Cepung, Tirta Payuk, Tibumana, Pengibul, Dusun Kuning dll yang kebetulan semuanya belum pernah saya kunjungi, tapi berhubung badan masih sangat lelah (baru pulang jam 02.00 dinihari td malam), sedangkan air terjun justru identik dengan trekking yg lumayan melelahkan (lagi malas trekking juga) ditambah hasrat untuk menarik gas sedang sangat tinggi, maka saya memutuskan untuk riding get lost ber 2 saja dengan Andini (Megapro 2001 saya).

Perjalanan dimulai, tepat disamping tugu batas kabupaten (Gianyar - Bangli), motor saya belokkan ke kanan (timur), mengarah ke jalan Desa Melingkar yg menghubungkan beberapa Banjar di wilayah sidan, yaitu: Bukit Celeng (Bukit Sari) - Dukuh - BlahPane.

Jalan Desa ini dibangun setelah diberlakukannya OTODA, Saya belum pernah melewatinya sebelumnya. Dahulu kalau saya mau ke Dukuh atau BlahPane dari Banjar saya, hanya bisa dengan cara berjalan kaki melewati Jalan setapak, sawah & kali. 

Setibanya di BlahPane, ada tempat wisata yg disebut; Taman Nusa, tapi saya tidak tertarik memasukinya. Saya memutuskan untuk lanjut terus mengarah ke Timur dengan sawah dikanan kiri jalan dan akhirnya saya tersesat, entah bagaimana ceritranya tiba2 saya tembus di daerah Tulikup di jalan raya Gianyar - Klungkung, artinya saya hanya berputar putar saja  :'(


Tujuan Pertama saya ke Bukit Jambul, tapi saya tidak ingin melewati jalan utama, saya ingin melewati jalan2 desa yg kecil dengan kanan kiri Sawah dimana tidak harus menghidupkan lampu utama di siang hari serta tidak perlu memakai helm (helm saya taruh di box).


Tanpa sengaja, saya bertemu dengan seorang kenalan orang asli Sidan yg sedang melintas, lgs saya seret masuk ke warung kopi saja dan interogasi, karena dia ini kebetulan adalah setan jalanan juga, sekalipun spesialisasinya cuma Bali, Lombok & sebagian Jawa Timur tapi pengalamanannya blusukan (kususnya di Bali) cukup mumpuni. 

Sesuai dengan rekomendasinya, Kemudian saya setting GPS untuk melewati jalan desa Tusan saja dan nanti akan tiba di Bukit jambul langsung dari sisi barat.
Peta Jalur Hari ini: Peta jalur Jelajah Karang Asem

Pemandangan sepanjang jalan menuju bukit Jambul ini; mayoritas didominasi oleh persawahan & pedesaan khas Bali:



3) Bukit Jambul - Karang Asem
HTM = gratis & Parkir = Gratis


Tiba di Bukit Jambul, foto dulu sebelum cari makanan:




Dari Bukit Jambul, perjalanan saya lanjutkan ke Iseh, sebuah desa yang sangat Indah berlatar Gunung Agung, sialnya Foto2 disini terhapus oleh app clean masternya smartphone, nanti klo sudah berhasil di recovery akan saya Upload.

Kemudian saya melanjutkan perjalanan menuju Putung, tapi karena asiknya jalur tikung2 an yg menuju Putung, ditambah saya juga belum pernah ke Putung sebelumnya, pertigaan arah masuknya terlewati, saya tengok GPS ternyata sudah lebih dari 2 Km terlewati, Yasudah lanjut saja, rencananya akan saya kunjungi saat pulang sekalian melihat Sunset.


4) Bukit Asah, Bugbug - Karang Asem
HTM = Rp 4.000 & Parkir = Gratis

Tujuan berikutnya adalah Bukit Asah, yg tepat berada di samping pantai Virgin, tapi jalan masuknya berbeda, merasa saya sudah tahu ancer2 masuknya, GPS saya matikan saja karena saya membutuhkan holder & chargernya di motor untuk mencharge HP. 


Masuk dari Desa Bugbug, saya terus saja mengikuti jalan dan hasilnya, saya malah tiba di sebuah pantai yg sepertinya merupakan desa Nelayan. 
Tidak ada satu orangpun untuk bertanya, akhirnya kembali hidupkan SF 555 dan ternyata jalannya belok ke timur tidak jauh dari pertigaan jalan utama.

Mendekati lokasi, jalan masuknya adalah jalan kecil disemen hanya cukup untuk 1 motor, diujung jalan semen akan tiba di Jalan tanah berbatu dan didepan ada sebuah tebing mengarah ke laut lepas
kekiri atau kekanan ??? pikirin belakangan lah, yg penting foto2 dahulu:

Andini doang yg terfoto, ga bawa tripod soalnya.


Pertama tama saya coba jalan yg kekanan menanjak terlebih dahulu, dibagian ini ternyata tidak ada warung, sedangkan saya sudah haus, akhirnya kembali ke kiri saja, dan ternyata motor tidak bisa lanjut kebawah karena ada Pura, yasudah parkir di warung saja:
Ada ayunan
Bukit Asah ini merupakan Obyek wisata yg baru mulai dikenal di Karang Asem dan merupakan salah satu spot Camping yg sangat digemari. Disini bebas kita mau pasang Tenda dimana saja, asal jangan buang sampah sembarangan.

Mengetahui harus trekking, awalnya saya malas ke spot foto utamanya, karena saat itu sedang sangat panas, tapi akhirnya saya kebawah juga dan ternyata malah adem disini. Ada balai balai juga yg tertutup rimbunnya pepohonan:








Dari foto dibawah terlihat ada tanah lapang dikejauhan yg menjorok kelaut dan dari hasil bertanya tanya kepada sepasang warga lokal yg lagi mojok; view nya sangat bagus dari sisi itu, tapi jalan kesananya harus memutar


Sepasang warga lokal tsb memberi tahu, klo ada jalur trekking juga ke pantai Virgin dari sisi timur Bukit Asah ini dan pemandangannya indah tapi jalurnya agak curam, hmmmm..males ahh, tapi jangan takut, apa gunanya fasilitas zoom pada kamera, dan benar saja, pantai Virgin terlihat jelas klo di zoom:

Pantai Virgin di kejauhan

5) Pantai Virgin - Karang Asem
HTM = gratis & Parkir = Rp 2.000 


Buat yg penasaran dengan pantai Virgin, saat Roadtrip Taon Baru 2016 kemaren, saya sempat kesana tepat tgl 31 desember disaat pengunjung sedang sangat ramai untuk bersiap merayakan malam tahun baruan. Pantai ini sekarang bisa dibilang sudah tidak virgin lagi, akibat pergaulan bebas..ehhh, maksudnya; karena sudah banyak warung 
:D

 Pantai ini punya garis pantai yg sangat panjang sekali dan bawah laut yg lumayan bagus tapi ombaknya kalau sudah sore, lumayan tinggi, hanya saja ombak bergerak ke satu arah saja, sehingga relatif masih aman untuk berenang sampai ketengah sekalipun




Selanjutnya gas motor kembali saya tarik tipis tipis  menuju Teluk & Bukit jemeluk dikawasan Amed yang sebenarnya sudah beberapa kali saya kunjungi, tapi saya belum pernah ke Amed melalui jalan lingkar pesisir Karang Asem yg melewati Taman Ujung Soekasada


6) Taman Ujung - Karang Asem
HTM & Parkir = Rp 10,000

Jalan lingkar pesisir Karang Asem ini melewati Taman Ujung Soekasada,  Saat itu saya memang tidak masuk, tapi Taman Ujung sempat saya kunjungi sewaktu Roadtrip tahun baru 2016, nih foto2 nya 





Jalan lingkar ini, ternyata selain memutar jauh, kondisi aspalnya juga kurang baik, tapi pemandangannya indah, melewati jalur pesisir yg sepertinya menyimpan potensi wisata tersembunyi.

Kalau Ke Amed dari arah Selatan (Via jalan lingkar), maka akan melewati Bukit Jemeluk terlebih dahulu, baru kemudian Pantai Jemeluk nya. Tapi saya putuskan untuk kepantainya terlebih dahulu, Karena nanti saya berencana melihat Sunset di Bukit Jemeluk.


7) Jemeluk Beach, Amed - karang Asem
HTM = gratis & Parkir = Rp 2.000

Di Kawasan Amed ini, sedikitnya ada 3 spot snorkeling yg bagus, salah satunya adalah di Pantai Teluk Jemeluk ini dan yang paling saya sukai, disini bisa snorkeling murah meriah, karena tidak perlu sewa perahu, tinggal langsung berenang saja, apalagi saya bawa snorkel gear sendiri (tidak bawa finn tapinya)


Sudah sore, tapi Jemeluk beach ini, ternyata masih sangat ramai pengunjung, terutama yang berpasangan sambil memamerkan aksi romantisnya, mendadak niat snorkeling saya hilang (sirik lg ga bawa pasangan), lagipula tanggung banget waktunya sudah sedikit.  :*




8) Bukit Jemeluk, Amed - karang Asem
HTM = gratis & Parkir = gratis 
Kemudian saya dan Andini bergeser ke Bukit Jemeluk Untuk menunggu Sunset

Karena hari itu saya sedang tidak membawa pasangan, tentu saja Andini (Motor saya) yg pertama saya foto :


Setelah foto2 Andini, barulah saya jepret Pemandangan, cuaca sedang mendung pekat saat itu, tapi langitnya malah jadi terlihat indah:





Pantai Jemeluk sendiri, pasirnya berwarna Abu abu kehitaman dan tidak putih seperti kebanyakan pantai indah lainnya di Bali yg berpasir putih, tapi bawah lautnya yang indah, ombaknya yg tenang, bukit2 disekitarnya yg romantis serta cuacanya yg tidak terlalu panas membuat pantai ini jadi terlihat indah & diminati banyak wisatawan :






Saat saya mengeluarkan Kompor (gasmate) untuk memasak Indomie & Kopi, hujan gerimis turun....waduh alamat ga bisa lihat Sunset nih, yawudah lanjut jalan aja, masih ada 1,5 jam lagi, masih sempat ke Putung dan lihat sunset disana saja.

Kali ini saya melewati jalan yang berbeda dari jalan berangkat, didaerah Chulik tidak gerimis lagi, tapi langit sudah sangat gelap pekat. tidak lama lagi pasti akan turun hujan sangat deras, saya langsung minggir dan memasang jas hujan. Sempat nyolong ngambil foto dengan Kamera HP:

gelap banget, bakal hujan deras nih..
Belum selesai memakai jas hujan, hujan dengan derasnya turun, tapi tidak berlangsung lama, hujan berhenti, bahkan didaerah ini sepertinya kering (belum turun hujan) dan saya kembali bisa mengambil gambar di 2 titik yg berbeda tapi berdekatan








Sehabis foto2, saya tiba2 terpikiran untuk tidak jadi melepas jas hujan, karena punya firasat hujan sedang mempermainkan saya. Hal mana sudah terjadi sejak Touring ke Sabang tahun 2014 yg lalu, kutukan touring selalu kehujanan seakan tidak pernah berhenti dejak saat itu, benar saja Hujan yg dahsyat turun tanpa permisi.

Peluang hujan tidak turun & cuaca cerah didaerah Putung masih memungkinkan (dilihat dari langit di arah barat), asal ngebut via jalan pintas, saya pasti bisa tiba di Putung tepat sebelum Sunset, yasudah Tarik gas tanpa ampun saja, kebetulan jalur tikungan2 di seputaran Chulik ini cukup seru, apalagi klo pas hujan seperti sekarang, semakin memicu adrenalin.


Menolong Korban Laka Lantas

Lagi asik asik nya mereng mereng ditengah hujan dengan speed cukup tinggi, tiba2 ada kecelakaan didepan saya yg melibatkan 2 motor (sepertinya 2 mtr tsb adu banteng).
Tempat kejadian di area yg jauh dari pemukiman warga dan kendaraan yg melintas sedang sangat sangat jarang, hanya ada sepasang penunggang motor yg sedang melintas ikut berhenti dan berteriak memanggil saya yg ada disisi sebrang: "pak ..bantuin pak". Saya yg sebenarnya sedang buru2 utk mengejar Sunset, akhirnya berhenti juga, demi alasan kemanusiaan. O:)

Setelah memarkir motor di posisi yg aman, saya lihat ada 4 korban, dimana ke 4 nya tidak memakai helm, saya sebut saja korban A, B, C dan D
A = Luka ringan, sadar & bisa berjalan sekalipun dipapah, (posisi aman, bisa berjalan)
B = Tidak sadar & tidak ada respon (posisi aman dipinggir jalan)
C = Ada respon tapi tidak bisa bergerak (posisi di garis tengah jalan, harus segera dipindah)
D = Tidak sadar & tidak ada respon (posisi di garis tengah jalan, harus segera dipindah).

*sebenarnya saya sempat mengambil gambar dengan kamera HP, saat motor saya hendak diparkir, hal tsb saya maksut kan sebagai  barang bukti untuk pihak Kepolisian kalau2 mereka butuhkan nantinya. Tapi saya tidak akan menguploadnya disini, karena sangat tidak patut menyebar foto2 orang yg sedang sekarat.

Petugas medis telah di telpon oleh istri penunggang motor yg ikut berhenti, 2 korban yg ditengah jalan sudah kami angkat ke pinggir, TKP harus diamankan, kebetulan dari arah Selatan adalah "blind Corner" (itu tugas suaminya si ibu memberi tanda pengendara yg melintas). Bersamaan mulai banyak orang berdatangan ikut membantu.

Sekalipun saya pernah mendapatkan pelatihan tentang pertolongan pertama pada gawat darurat dan lumayan sering menolong orang kecelakaan ataupun sakit, tapi super bingung juga saat menangani korban..Ternyata singkatan2 yg dibuat didunia medis jadi membantu mengingatnya, kek AVPU (Alert - Verbal - Pain - Unresponsive) dan untungnya ternyata si Ibu yg ikut menolong ini adalah seorang perawat, dia bahkan sampai ngecheck A-B-C-D (Airway - Breathing - Circulation - Disability).


Saat Polisi & petugas medis datang, saya melanjutkan perjalanan setelah sempat meninggalkan no HP dan mengirim foto2 dari HP saya saat awal terjadi kecelakaan (sebelum korban2 dipindah) kepada polisi, Tapi karena saya tidak melihat proses terjadinya kecelakaan, saya tidak di telpon. Saksi matanya hanya sepasang suami istri tsb.


9) Tirta Gangga - karang Asem
HTM = gratis & Parkir = Gratis *kalau sudah sore memang gratis

Menyadari tidak memungkinkan lagi untuk mengejar Sunset, ditambah saya basah kuyup dgn baju penuh darah pulak, akhirnya saya berganti baju sambil foto2 dipinggir jalan dekat Tirta Gangga:

makai Fuji S 2950 dengan mode Auto
Lokasi yg sama dgn pic diatas tp make hp murahan
(advance S5e new). kok hasilnya malah lebih bagus
 kusus disini ckckck
Lupa lokasinya
Setelah ganti Baju Kemudian saya masuk Tirta Gangga untuk mandi.
Ohh iya, entah kebetulan atau tidak, setiap ke Tirta Gangga (sudah sekitar 5 - 6 kali), saya selalu datang kisaran waktu Magrib dan masuknya + parkir juga selalu gratis  (y) (y)
foto yg ini diambil saat roadtrip tahun baru 2016



Sehabis mandi & berenang cantik, saya langsung pulang, tapi sebelumnya mampir dahulu ke Sate & bakso Ikan Tuna yg posisinya tepat di depan parkiran Gowa Lawah.
Menurut saya & beberapa rekan saya yang pernah mencoba makan disini, Sate & Bakso ikan tunanya merupakan masakan halal paling enak di dunia dan harganya juga relatif murah.

Foto dari Roadtrip tahun baru 2016
Saya tiba kembali di rumah Sidan, sekitar jam 21.00 wita dan berakhir pulalah trip saya hari ini dengan menyenangkan serta penuh kesan.


Rabu 30 Maret 2016
Sejak Pagi hari, saya sudah berangkat mengantar Ayah saya ke Bandara Ngurah Rai, karena dia harus kembali ke Jakarta, kali ini saya mengendarai mobil yang membuat saya kehilangan banyak waktu saat melewati kemacetan di Seputaran Denpasar & Kuta. Setelahnya saya harus mengurusi pekerjaan dan baru tiba kembali di Rumah Sidan jam 16.45 wita.
Sampai di rumah Sidan, saya memasukkan mobil, mengeluarkan Andini (motor saya) dan langsung berangkat ke Air Terjun Dusun Kuning.


10) Air Terjun Dusun Kuning, Taman Bali - Bangli
HTM = gratis & Parkir = Gratis

AirTerjun Dusun Kuning ini, terletak di Taman Bali, Bangli yg berjarak 4 Km saja dari kampung saya, tapi karena belum dikelola, maka tidak ada petunjuk arah sama sekali, jadi akan cukup membingungkan kalau mendatanginya tanpa GPS.

Lokasi tepatnya ada di Sungai Melangit yg membatasi antara Hutan milik Kab Bangli & Kab Klungkung. Di batas antara perkampungan dan hutan ada kertas print an yg dilaminating dengan tulisan "parkir disini", sepertinya dibuat oleh mahasiwa yg PKL. Tidak usah cemas, aman kok parkir saja disitu, karena daerah ini belum banyak pendatang dari luar Bali :

Jalur trekkingnya lumayan curam & sulit, hutannya masih cukup rapat & banyak monyet2 liar yg untungnya belum secerdas monyet2 di Uluwatu atau Sangeh, monyet2 disini kabur begitu melihat manusia:




Saya mendengar dari seorang anggota Mapala Undiknas, kalau tidak jauh dari Air Terjun ini, ada air terjun lagi ditengah hutan yg namanya Air Terjun Sangsang (denger namanya bikin lapar). lokasinya sangat sulit dicapai dan belum ada jalur trekking nya, tapi naluri saya mengatakan lokasinya tidak akan jauh dari kali melangit ini dan pastinya ke arah timur laut (klo dilihat dari citra Satelit), saya minta keponakan saya menunggu saja diatas, terlalu bahaya untuknya kalau ikut (takut tiba2 hujan di hulu sungai). 

Saya mulai river trekking di kali yg awalnya kecil serta tidak dalam, terus saya ikuti dan lama lama kalinya menjadi lebar dan semakin dalam, tidak mungkin bisa terus menelusurinya, saya celingak celinguk mencari alternatif jalan, dan... Binggo..sepertinya ada jalan naik ke sisi kiri kali yg pernah dibuka tapi sudah sekitar 1 bulan tidak pernah dilalui (dilihat dari semak2 & ranting yg mulai tumbuh lg). Hutannya sangat rapat dan mata saya menangkap suatu mahluk kecil yg Menghilang masuk kedalam belukar...cukup surprise saya melihatnya, mengingat mahluk yg di Jawa Barat disebut Ular Picung ini, merupakan endemik P Jawa, Sumatra & Sulawesi..jarang sekali ditemukan di Bali.

Tentang Ular Picung
Saat saya mengikuti sebuah pelatihan survival jaman kuliah dahulu, instruktur saya menekankan kusus ttg ular Picung (Rhabdophis subminiatus) yg penampilannya menipu ini, karena bertubuh ramping kecil dgn panjang maksimal hanya 80cm saja tapi masuk golongan ular berbisa tinggi dan merupakan 1 dari sedikit ular berbisa yg diurnal (aktif siang hari) karena biasa makan ikan2 kecil & kecebong.

Ular ini tidak agresif dan tidak seperti ular berbisa lain yg taring bisa nya didepan, ular ini taring bisa nya dibelakang, sehingga beberapa manusia yg dipatok, selama tidak terkena taring belakangnya bisa tetap hidup.Jadi kalau dipatok ular ini, lgs tarik & lempar saja.. Kalau sampai dia mengunyah dengan taring belakangnya; "kelar idup lo" :D

Ini pertemuan ke 3 saya dengan ular Picung, pertemuan pertama di Sungai daerah KotaNopan (sumut) dan ke 2 sewaktu gathering perdana bikepacker Depok di Megamendung, si Dafi yg pertama melihatnya dekat tempat kami menginap, saya kemudian memindahkannya ke tempat yg aman.

Awalnya kalinya kecil dan dangkal, tapi
Kalau terus ke arah dalam akan semakin dalam dan lebar.
Hutannya masih sangat rapat,
belum ada jalur trekking
ke arah timur laut
Kembali ke ceritra : Sepertinya pertemuan dengan ular picung itu sebagai pertanda buat saya agar putar balik dan saya juga sadar, kalau  terlalu berbahaya buat saya neneruskan mencari air terjun Sangsang, karena sudah hampir malam, tidak bawa senter & kasihan juga keponakan saya menunggu. Kembali adalah keputusan terbaik.


Kamis 31 Maret 2016
Hari ini perjalanan saya lumayan panjang : Peta Jalur 31 Maret & 1 April
Diawali perjalanan menuju Indus Restaurant, Ubud untuk bertemu dengan seorang kenalan, kemudian saya langsung menuju Bukit Campuhan yg juga masih berada dikawasan ubud.. Sebenarnya ke Bukit Campuhan ini jauh lebih asik klo kita datangi dengan cara naik sepeda berdua dengan pasangan, tapi gapapa, sendiri juga seru, bisa ngintipin anak2 SMP & SMA pada pacaran 
X_X :D


11) Bukit Campuhan, Ubud - Gianyar
HTM = gratis & Parkir = Gratis

Bukit Campuhan  ini nama lainnya adalah  Bukit Gunung Lebah, mengambil nama dari sebuah Pura yang lokasinya unik, karena berada dibawah jembatan sungai Campuhan. Konon Pura Gunung lebah ini, merupakan cikal bakal keberadaan Kecamatan Ubud.

Kesialan nyaris terjadi tadi, tas pinggang saya yg berisi kamera, 2 buah HP, rokok, korek dll, terjatuh didekat parkiran motor, untung seorang gadis lokal; sepertinya karyawan hotel, menemukannya dan tanpa lelah mengejar saya yg sebenarnya tergolong high speed trekker serta sudah trekking cukup jauh dari parkiran motor, saat dia berhasil mengejar saya, dia hampir pingsan kelelahan. (y) (y) @};- @};-
*matur Suksma n'gih, gek..

Kalau masuk dari sisi selatan (dekat hotel Ibah), maka Pura Gunung lebah yg sangat indah, sejuk, unik, menenangkan tapi penuh mistis langsung menyambut kita


Jalur trekkingnya tidak terlalu berat, masih bisa dibilang landai dan sampai di ujung utara nya ada sebuah bar yg lumayan asik buat sekedar ngebir, tapi kali ini saya teruskan masuk ke perkampungan di sebelah utaranya, dimana ada warung tradisional langganan saya yang biasa saya singgahi klo habis gowes, dan pastinya juga menjual Bir dingin .(y) (*) (*)



Dari Bukit Campuhan, saya lanjut ngegas ke arah Tampak Siring via TegalAlang, sebenarnya tujuan saya bukan melihat sawah terasering nya atau ke Tampak Siring, tapi saya penasaran dengan jalur desa yg menghubungkan Tegalalang dengan Tampak Siring.


12) Sawah terasering, TegalAlang - Gianyar
HTM = gratis & Parkir = Gratis

mendekati TegalAlang, macet sekali jalannya oleh para wisatawan, banyak orang yg berfoto dipinggir jalan melihat view sawah terasering nya.

Saya sih tidak berniat jeprat jepret di spot utama foto nya, tujuan saya kan hanya  ingin menjajal jalur kecil setelah TegalAlang, klo ga salah namanya jalan Ceking, (lihat di peta) yg bisa tembus langsung ke Tampak Siring.

Setelah lewat dari keramaian, saya belok kanan masuk jalan kecil dan sempat berhenti berfoto, pantas saja disini tidak ada yg berniat foto2, ternyata sawahnya baru saja disemai dan berwarna kecoklatan tidak indah..awalnya saya niat trekkin
g ke bawah via jalan setapak spt yg terlihat di foto, tapi mendadak hujan deras turun.



Lanjut saja ngegas motor lewat jalan kecil ini, ternyata pemandangan kanan kiri jalan yg didominasi pesawahan berbukit bukit sangat indah, sayangnya lagi hujan deras, terlalu beresiko ngeluarin Kamera.dari sidebags saat hujan..

Benar saja ternyata jalannya tembus didekat Tirta Empul, yasudah tanggung, lanjut ke Penelokan, Kintamani saja.


13) Penelokan, Kintamani - Bangli
HTM = gratis & Parkir = Gratis

Di Penelokan Kintamani  (tempat melihat Danau & Gunung Batur), saya berhenti makan, tapi tidak foto2, memang sudah 1 dekade saya jarang sekali foto2 disini, karena relatif dekat dari kampung saya dan sudah kelewat sering juga kesini, tapi di Bagian 1 (Perjalanan Bekasi - Gianyar), saya sudah masukkan foto2.


Dari Penelokan ini, sebenarnya saya bisa ke air Terjun Sekumpul langsung via desa Tamblang, tapi sudah kesiangan ditambah sedang hujan deras, akhirnya saya ke arah Desa catur saja dan Ngopi di Desa Belantih, yg merupakan Desa Penghasil Kopi dengan rasa yg unik, karena sistem tanamnya tumpang sari dengan pohon jeruk ditambah pemandangan & suasananya asik banget disini.


14) Jembatan Tukad Bakung, Petang - Badung
HTM = gratis & Parkir = Gratis

Selesai ngopi di Ds Belantih, kemudian saya melanjutkan perjalanan dan tiba di Jembatan Tukad Bangkung, sebagai jembatan tertinggi di Asia, jembatan ini selain jadi tempat nongkrong wisatawan, juga kerap muncul dalam sinetron2 Indonesia (katanya loh, saya mah alergi nonton singnengtrong) :




Maju sediki, saya tiba di Desa Petang, yg merupakan salah satu sentra pertanian di Bali, saya kembali berhenti untuk Foto2 di Desa yg sudah masuk wilayah Kab Badung ini.
Ohh iya, kenapa orang Bali selalu menyebut "Badung" & bukan Denpasar, karena dulunya Kodya Denpasar adalah bagian dari Kabupaten Badung (kerajaan Badung) :
Jalanannya terlihat kecil kek ular.

15) Camping Ground Danau Buyan, Bedugul
HTM = gratis, Parkir = Gratis & Ijin nenda = gratis

Saya melanjutkan perjalanan menuju Bedugul, tepatnya ke Camping Ground Danau Buyan.
Sudah mulai gelap saat saya tiba dan mendung pekat, benar saja baru saja selesai pasang tenda hujan yg maha dahsyat turun. 

Saat Itu selain saya ada 1 keluarga bule Norwegia dan 2 orang Lokal Bali, dimana salah satunya berdarah Kera Ngalam (Arek malang), saya jadi teringat saat touring tahun baru 2015, dimana saat itu; saya hanya ber 2 saja dengan teman saya (wanita) yg camping disitu tanpa ada orang lain satupun disekitar.

malam itu selepas hujan, saya sempat nongkrong diluar tenda & ngobrol ngobrol di kantor penjaga hutan wisata ini (dinginnya pol malam itu). Ternyata klo sewa tenda disitu biayanya 100rb (belum ditawar), jadi yg ga mau repot2 bawa tenda, bisa sewa disini, tapi biayanya malah lebih mahal dari sewa penginapan kek Rosela, citra ayu yang lokasinya di kawasan bedugul juga seharga 75rb/ hari.


Jumat 1 April 2016
Pagi ini saya bangun agak kesiangan, mungkin sekitar jam 08.00 wita, langsung foto2 dan bikin kopi, ternyata keluarga Norway tsb, malah sudah mandi2 di tengah masih dinginnya cuaca pagi itu, ga mau kalah; saya juga ikutan mandi dan berenang sedikt kearah barat dari tempat camping. Hasilnya saya bersin bersin. 


Masih melanjutkan peta kemarin : Peta Jalur 31 Maret & 1 April, tujuan utama saya hari ini ke Air Terjun Sekumpul.


16) Air Terjun Sekumpul
HTM = Rp 5.000, Parkir = Gratis

Air Terjun Sekumpul ini terletak di Sawan, Buleleleng dan saat ini ada 3 akses jalan yg kesemuanya sudah beraspal mulus ke lokasi (Lihat Peta):
1) Jalur pertama (utama) : Dari jalan raya Singaraja - KubuTambahan - Karang Asem, belok kekanan (Selatan) menuju desa Sawan dan terus ke Sekumpul
2) Jalur ke 2 : Via Desa Tamblang yg terletak di jalan utama Kintamani - Kubutambahan dan belok kekiri (barat)
3) Jalur ke 3 : Via Bedugul, sekitar 10 km dari danau bratan ke arah Gitgit, belok kanan (timur) ke arah desa Lemukih.

Sebelumnya saya sudah 3X ke Air terjun Sekumpul, tapi karena sudah kesorean & hujan waktu itu, maka saya tidak berani turun kebawah, ga masalah, karena tujuan saya saat itu, hanya mencoba ke 3 jalur tsb diatas saja.


Di Sekumpul sendiri sedikitnya ada 5 Air terjun (ada yg bilang 7) yg mana sebenarnya hanya 1 yg masuk wilayah Desa Sekumpul, sedangkan sisanya masuk Desa Lemukih.

Kali ini saya berencana melewati Jalur ke 3 yang via Bedugul - Lemukih, yg terakhir saat saya lewati tahun 2013, jalannya hancur parah (makadam) saat itu. 

kali inipun saya sudah prepare utk menghadapi jalur makadam, tapi diluar dugaan saya, sekarang jalurnya sudah diaspal mulus, tapi tetap harus hati hati karena jalannya sangat kecil berkelok kelok, curam dan licin. 
Saya sempatkan berhenti sebentar utk foto di jalur ini:
Bersukur tidak hujan, tapi terlihat mendung di kejauhan
Sampai di Desa Lemukih, ada petunjuk ke arah air Terjun, saya berhenti untuk tanya2 jika ingin ke air terjun utama Sekumpul, tapi start trekkingnya via Lemukih. Dari Info dan foto2 yg saya lihat, klo masuknya dari Lemukih, maka akan bisa dapat ke 5 air Terjunnya sekaligus dan pemandangannya juga jauh lebih indah, tapi saat saya lihat peta satelitnya, wow wow wow..jarak trekkingnya menjadi sangat jauh untuk mencapai air terjun utama. Yasudah lanjut saja ke Sekumpul yg masih berjarak 5 km dari tempat ini.

Tiba diparkiran, ternyata hanya mobil yang harus parkir disini, kalau motor masih bisa lanjut lagi sejauh 1,2 km melewati jalan kecil disemen (hanya cukup utk motor) tapi licin dan curam. Awalnya jalur ini melewati kebun2 warga, tapi kemudian dikiri saluran irigasi dan dikanan sawah, cukup indah:

Jalur trekkinnya juga saat ini sudah sangat baik, dibuat tangga tangga.


Turun sedikit kebawah dan terlihat sebuah air terjun lain yg kalau dari bentuk & arahnya, jelas ini bukan air terjun utama atau ke 2, jadi anggap saja ini air terjun ke 3:

Saya coba zoom, dan terlihat banyak orang yang sedang mandi dibawahnya:
Terlihat banyak orang yang mandi2 dibawah air terjunnya.
Melanjutkan trekking ternyata kita harus menyebrangi jembatan, dimana ada kali yg saat itu debitnya tidak besar & terlihat dangkal, saat terakhir saya kesini, kalinya sedang meluap dengan arus cukup besar, itu sebabnya waktu itu saya gagal mendekati air terjunnya :


Selepas jembatan ada warung dan jalannya cabang 3: kalau ke air terjun utama kekiri, kalau ke air terjun ke 2 kekanan dan kalau terus lurus ke air terjun 3,4,5 dst yg tembus ke Desa Lemukih tadi.

Saya kekiri dahulu ke air terjun utama, harus menyebrangi sungai terlebih dahulu tapi wow..Indah sekali dan ternyata aslinya Air terjun dengan tinggi sekitar 100 meter ini, lebih indah serta lebih dahsyat dari Air terjun Sipiso Piso, tongging (Sumut): 

Uniknya air tejun ini berasal dari sumber air yg berbeda. Yang sebelah kanan berasal dari sungai dan yang sebelah kiri dari mata air, sehingga yang kiri akan tetap jernih sekalipun hujan, sebaliknya yang kanan saat hujan deras pasti akan keruh:

Foto yang ini menggunakan kamera HP


Disini saya bertemu dengan 2 gadis muda yg awalnya saya pikir IGO (Lokal), saat dia menyapa dalam bahasa Inggris, saya sapa balik dalam bahasa yg sama..hmm wajarlah gadis2 Jakarta suka sok2 an pakai bahasa asing (pikir saya). 

Mendadak saya jadi tersenyum sendiri mengingat seorang gadis di Tanggerang Selatan yg sok ngehits kekinian dengan status2 nya di sosmed yg sok berbahasa Inggris, tapi pagi ini dia menulis status yg tidak menggunakan gerund sehabis kata "stop" dan malah menggunakan Past Tense Verb, sumpah ngakak bacanya :D

Saya kembali ke warung tadi, sebelum melanjutkan trekking ke air terjun ke 2, saya sempat berbincang bincang dgn pemilik warung, ternyata Air terjun sekumpul ini justru masuk wilayah Lemukih, tapi karena desa Sekumpul yg lebih dahulu mempromosikan & membuat akses trekking nya, maka restribusi masuk ke desa Sekumpul dan nanti kalau ijin pariwisata dari desa Lemukih sudah disetujui Pemda, hasilnya akan dibagi untuk ke 2 desa tsb.

Melanjutkkan trekking ke air terjun ke 2, dimana saya harus 3X menyebrangi sungai, saya melihat air terjun kecil yg tidak masuk dalam hitungan, tapi foto dulu ah:
yg ini ga masuk hitungan sebagai air terjun
Sambil berjalan saya bertemu dengan Guide asal Denpasar yg membawa rombongan tamu asing, dia mengatakan kalau "Dia tadi melihat saya memakai motor plat B di Lemukih, harusnya saya masuk via Lemukih saja yg pemandangan & jalur trekkingnya jauh lebih indah alami."

Dia menawarkan saya mengikuti dia balik trekkingnya via Lemukih dan nanti saya diantar ke Parkiran Mobil di Sekumpul, tapi saya masih ragu, mengingat jarak dari parkiran mobil ke parkiran motor sejauh 1,2 Km, sekalipun kalau dari arah parkiran mobil jalannya menurun,

Tiba di Air terjun ke 2 dan saya nyatakan ini lebih indah dari air terjun utama tadi, bahkan bisa dibilang air terjun terindah yg pernah saya kunjungi, tapi air terjun ini tidak fotogenic. Air terjun ini terdiri dari 4 deret air terjun membentuk sudut 90° dan sangat lebar ditambah deret yg terbesar tertutup batu besar sehingga tidak bisa ter captured kamera.

Serba salah juga meng capture gambarnya, dari jarak dekat selain lensa akan basah hanya dalam 1 detik saja, palingan hanya 1 deret saja yg akan terfoto, sedangkan kalau dari jauh, tertutup batu besar  Saran saya lihat langsung dan buktikan :

Pertama, saya coba foto dengan mode panoramic..dan hasilnya gagal, yg ke 4 tidak masuk ke frame, malah yg ke 3 juga tertutup oleh batu besar:

yawdh lanjut dah, biar ga maksimal yg penting bisa sedikit dibayangkan bentuk air terjunnya. 
Saya mencoba mengambil gambar dari beberapa sisi saja. 

Disini jadi teringat Mas Dab Jarot, rekan Bikepacker, klo ada dia yg seorang fotografer beneran pasti tahu solusi ngambil gambar terbaik.
Kalau saya mah, mencet tombol shutter aja masih gagap (beneran ini, liat aja itu foto saya ngeblur semua).







Disini saya baru tahu, klo ternyata 2 cewe yg awalnya saya kira IGO itu, ternyata adalah Thai Girls (bukan lokalan)  Mereka sangat takjub dengan keindahan air terjun ini. Begitupun saya yang jadi lupa diri: berenang, memanjat serta berdiri di atas batu besar dan menjelajah setiap jengkal air terjun ini. Saat Guide yang tadi mengajak balik via lemukih ingin kembali ke parkiran, saya persilahkan duluan saja, saya ingin menikmati air terjun ini lebih lama.

Pengunjung sudah sepi, 2 gadis Thailand terlihat cemas sambil menunjuk nunjuk langit, saya persilahkan saja mereka duluan, saya belum puas. Tapi beberapa saat kemudian saya mendadak sadar, klo ketinggian air di Kalinya bertambah tinggi, pasti sedang hujan di hulu, jelas akan membahayakan karena untuk kembali harus menyebrangi sungai 3X.

Setelah mengambil tas pinggang yg tadi saya amankan di tempat kering, saya langsung kembali ke warung dengan cara 1/2 berlari, 2X menyebrang sungai masih mudah dilewati, tiba2 saya melihat 2 Thai girls tsb didepan saya, padahal mereka balik sudah lumayan lama, ternyata mereka terlihat ragu2 utk menyebrangi kali yg ke 3X nya. Air sudah lumayan tinggi dan agak deras..Saya tuntun mereka dan minta mengikuti saja langkah saya... untungnya sukses sampai di seberang. 


Ketika kami sudah sampai dititik aman, saya jalan santai saja dan sempatkan pesan kopi terlebih dahulu di warung, 2 thai girls tersebut saya persilahkan jalan duluan.

Kegalauan saya muncul disini, apakah akan lanjut explore 3 air terjun lainnya dan balik via Lemukih atau langsung kembali ke parkiran motor, tapi mengingat langit sudah sangat gelap pekat, akhirnya saya balik saja.


Baru saja saya sampai di bagian yang ada anak tangganya, 2 thai girls tadi sudah kembali tersusul karena mereka sedang istirahat (malah yg baju merah sudah nyaris kehabisan nafas).

Sambil berjalan kembali dengan santai (mengikuti langkah mereka),saya memanfaatkan keberadaan mereka untuk memfoto saya sendirian (gantian tapinya), kebetulan saya jarang sekali difoto, tapi foto2 saya ga layak upload (bisa Sawan nanti yg liat), foto mereka saja yg saya upload dah :
Yang baju merah sudah kelelahan
Di sebuah warung di tempat motor saya parkir, salah satu Thai girl menawar emping yg masih dijemur  tapi akhirnya mengerti setelah saya beritahu untuk membeli yg sudah di goreng saja :
Thai Girl nawar emping
Melihat mereka sudah kelelahan, sedangkan jarak dari tempat motor saya ini diparkir ke Parkiran Mobil (tempat mobil mereka menunggu) = 1,2 KM dengan tanjakan curam, saya menawarkan mereka saja yg membawa motor saya keatas, sedangkan saya jalan kaki. Tapi mereka ngeri dengan jalurnya ditambah motor saya berat (makek top box & side Bags bermuatan penuh).

Akhirnya diputuskan, salah satu yg masih agak bugar berjalan kaki dan 1 lagi saya bonceng.
Tiba diparkiran mobil ternyata APV yg mereka naiki ada bendera Thailand & sticker dari suatu lambang yg saya kenal, saya langsung tahu identitas mereka siapa. 


Pantas saja mereka sangat ramah & terlihat penuh kesopanan, ternyata mereka bukan orang sembarangan, tidak seperti kebanyakan turis2 Australia di Bali yg hidup dari Jamsos atau 3 bule angkuh yang saya temui di kelimutu saat Touring ke Flores tahun 2013.

Belum sempat menghidupkan motor kembali, hujan lebat turun. Saya langsung melanjutkan perjalanan setelah memasang jas hujan, APV tsb sepertinya belum jalan, padahal dengan kondisi GPS sedang saya matikan, saya butuh APV tersebut didepan sebagai penunjuk jalan (saya lupa jalannya)  hehe.

Dengan penuh percaya diri saya jalan duluan saja dan saat bertemu sebuah pertigaan saya terus saja.mengikuti jalan, ternyata saya tiba di sebuah alun2 desa yg buntu, tidak ada seorangpun untuk bertanya ditengah hujan deras itu kecuali pohon beringin raksaksa (emang mau nanya nomer togel sama puun beringin).

Yasudah, saya langsung kembali ke jalur datang tadi dan saat tiba di pertigaan tadi, APV dengan bendera Thailand tsb muncul, sopirnya memberi kode agar saya belok ke kiri (dia kekanan)..Jadi malu saya ketahuan nyasar, pas saya nyalip sopirnya membuka kaca dan mengatakan "agar saya mengikuti saja jalan ini, nanti sampai dah di jalan utama SIngaraja - Bedugul" (*logat Bali).

Saya jawab dalam bahasa Bali (sopirnya orang lokal Bali) yg terjemahannya kira2: "tadi cuma cari warung nasi doang kok keatas, ternyata ga ada disana" (biar ga ketahuan bego nya bisa nyasar). 

"La jeu gan. Pob gan mai na" (selamat tinggal sampai bertemu kembali), *moga2 benar B-)
mereka tadi sempat mengajarkan beberapa patah kata dalam bahasa Thailand & balik saya ajarkan beberapa Bahasa Indonesia versi gaul hehe.

Selanjutnya saya tinggalkan saja APV tsb, sesampainya dijalan Raya Bedugul saya malas terus mengikuti jalan Utama ini kearah Tabanan, kepingin jalan yg berbeda.


17) Danau Buyan & Tamblingan (sisi Utara)
HTM = gratis, Parkir = Gratis


Dipertigaan sisi utara danau Buyan saya belok kanan (Lihat Petanya) dan kemudian belok kiri kearah Pupuan, di dekat sini sedikitnya 3 air terjun yg Indah; Munduk, Melanting dan Blahmantung, tapi dalam kondisi hujan deras itu saya bablas saja terus, sebenarnya saya ingin ke Pura Danau Tamblingan, tapi sayangnya; sebelum melakukan upacara ngeloras pasca upacara ngaben Iwa saya, saya belum boleh masuk Pura

*Kalau kemarin saya camping disisi selatan Danau Buyan, ini view sisi Utara Danau Buyan & Danau Tamblingan yg hanya dibatasi hutan selebar 1 Km saja yg diambil saat RoadTrip tahun baru 2016:








Sebenarnya Saya ingin mencoba jalur yg bisa tembus ke Desa Bading Kayu, tapi selain terlalu jauh, jalur desanya melewati hutan, curam, jalannya kecil & berliku juga rawan longsor..jalur Pupuan ini juga rawan longsor tapi untungnya hari ini tidak terjadi, padahal hujan benar2 ganas sat ini.
Desa Bading Kayu
Tiba di Kuta sekitar jam 18.30 wita, saya ngambil kamar di Bali Manik Inn seharga 100rb.
Ohh iya... teman saya yg juga baru tiba tersasar sedikit, karena di Google Map, lokasi Bali Manik Inn ini salah, sudah saya edit, tapi belum di approve oleh google. Yg benar lokasinya di Gg. Benesari jalan Poppies2, nih lokasi Bali Manik Inn yang benar (click aja link nya). 

Sekian dulu dah, Ceritra selanjutnya malam ini, tidak patut di ceritrakan dalam sebuah FR yaks .lisoi lisoi... lisoi,,,GUABRAKKKK :D 
(*) (*)




* Semua peta lokasi wisata sudah saya masukkan link nya, tinggal click aja setiap tulisan yg berwarna biru

*Rincian pengeluaran 28 maret s.d 1 april (diluar makan & biaya kenakalan)
- isi bensin Premium full = Rp 75.000 (masih sisa)
- Total HTM + parkir = Rp 16.000
  Total = Rp 91.000


SELESAI 




Kembali ke Bagian II (Upacara Ngaben)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar