Bagian tentang Pulau Timor, saya pecah menjadi 3 bagian, yaitu :
- Bagian 6, Timor Barat (NKRI) saat berangkat.
- Bagian 7, Timor Timur (Timor Leste) PP.
- Bagian 8, Timor Barat (NKRI) saat balik.
Selasa 3 Oktober 2017
Sekitar jam 03.30 wita saya terbangun, kali ini sudah tidak terasa lagi goyangan kapal, hanya dari suara mesinnya terdengar dalam RPM tinggi, saya langsung melihat keluar, ternyata kapal sedang melaju dengan sangat cepat tapi tenang karena sudah tidak menghadapi gelombang laut lepas lagi, terlihat di kanan kapal sudah ada semacam Pulau (Tanjung), sedangkan dikiri kapal ada pulau besar yang saya duga adalah P Timor.
![]() |
Beginilah posisi P Timor dan titik A Adalah pelabuhan Bolok, tujuan Kapal. |
Lega dan bahagia sekali saya saat itu dengan perasaan campur aduk, saya spontan berteriak : "Terima Kasih banyak Kapten Donald dan para ABK sudah membawa kami dengan selamat melewati ganasnya laut Sawu".
Untuk memastikan, saya melihat GPS dan ternyata benar, Pelabuhan Bolok, Kupang kurang dari 1 jam pelayaran lagi, tanpa sadar, saya langsung bernyanyi sambil berjoged dengan memegang botol aqua kosong (pura2 nya sih microphone) :
Tanjung Kurung
Pulau Sera dan Hansisi
pasir Panjang kelapa Lima dan Teno
Kapal kapal dan parahu pun berlayar
Masuk Kupang, Lasiana masise
Kapan tempo beta lia lae
Itu lagu rakyat Kupang dan untungnya saya segera tersadar, ternyata semua mata yang ada disitu (mata2 baru bangun) tersenyum senyum melihat saya.
Merekapun berbondong bondong melihat keluar dan saya yang sudah akrab dengan mayoritas dari mereka, kembali berteriak : " Bae Sonde Bae Tanah Timor dan Bali Lebe Bae" hahaha
Sekitar Jam 04.15 wita, KMP Ile mandiri sudah siap merapat di Pelabuhan Bolok:
Setelah perjalanan yang sangat panjang dari Jakarta, 5X menyebrangi laut (total 30 jam ngapung), berhari hari menempuh perjalanan darat, menembus kabut, hujan, badai, panas, dingin dll; Akhirnya... Andini pun untuk pertama kalinya menjejakkan rodanya di Tanah Timor, bahagia sekali rasanya saat itu.
12 X Penyebrangan :
Dalam touring kali ini, total saya melakukan 12X penyebrangan (PP) dengan total waktu 68 jam, yaitu:
1) Jawa - Bali @ 0,5 jam pelayaran X 2
2) Bali - Lombok @ 5 jam pelayaran X 2
3) Lombok - Sumbawa @1,5 jam pelayaran X 2
4) Sumbawa - Flores @ 7 jam pelayaran X 2
5) Flores - Timor @16 jam pelayaran X 2
6) Timor - Rote @ 4 jam pelayaran X 2
Semua dikali 2 (PP) jadi total 68 jam.
Kembali ke Ceritra:
Saya sengaja tidak langsung melanjutkan perjalanan ke Atambua sejauh kira kira 310 km dengan waktu tempuh sekitar 10 jam.
Saya yang baru akan pertama kalinya riding di tanah Timor ini, berniat mengumpulkan semua informasi yang saya butuhkan untuk bekal diperjalanan nanti, seperti SPBU, Kondisi jalan, obyek wisata dll.
Andini Saya arahkan menuju sebuah warung untuk memesan kopi dan roti terlebih dahulu :
Hari mulai terang dan saya masih santai di Pelabuhan sambil berusaha menghilangkan efek 16 jam goyangan diatas kapal ferry tadi.
Beruntung bagi saya, ternyata ada 2 orang mahasiswa dan seorang Dosen yang hendak menunggu kapal ke Rote (jadwalnya setiap hari jam 07.00 wita) yang sangat ramah dan memberikan banyak informasi, yang mana sang dosen tersebut ternyata juga suka traveling dan seorang mahasiswa tersebut bahkan pernah menjadi asisten kameramen sebuah acara trip di Pulau Rote.
Mereka mengajak saya untuk berkunjung Ke Rote hari kamis depan, dimana hari ini adalah hari Selasa dan jadwal ferry kembali ke Larantuka adanya setiap Minggu dan kamis, tapi saya berencana kembali hari minggu saja, toh 5 hari 8 jam saya pikir cukup (ternyata kurang).
*Sayangnya, nanti saya terlambat kembali ke Kupang dan akhirnya hanya punya waktu sehari PP ke pulau Rote, dimana saya berangkat ke dan balik dari Rote dihari yg sama dengan kapal yang sama, sehingga tidak sempat explore dan hanya bisa memberikan kesempatan kepada ban Andini untuk sekedar memutar bannya sedikit di Pulau paling selatan dari NKRI tersebut (sebenarnya P paling selatan adalah Pulau Ndana, tp tidak bisa bawa motor).
Jam 06.00 wita, saya mulai menarik lembut gas Andini menuju ke Atambua dan setelah mengisi full tangki Andini, saya tiba di Kota Kupang sekitar jam 06.30 wita, disaat sudah mulai ramai.
Sambil tengak tengok, saya menjalankan Andini dengan sangat pelan membelah kepadatan laulintas pagi hari di ibukota provensi NTT ini yang sebenarnya banyak memiliki pantai pantai indah, diantaranya yang saya sebutkan dalam lagu tadi, adalah Pantai lasiana, tapi fokus saya tidak explore disaat perjalanan berangkat ini, saya ingin mencapai titik terjauh secepat mungkin, yaitu; Kota Dilli, Timor Leste atau setidaknya Kota Atambua untuk hari ini.
Selepas Kota Kupang, jalan mulai lancar, saya spontan memacu Andini dengan cukup cepat melewati Kabupaten Kupang tanpa terasa (di Kupang ada Kota Kupang dan kabupaten Kupang), ternyata saya sudah masuk Kabupaten Timor Tengah Selatan saja (TTS).
mungkin karena saya sangat menikmati moment pertama kali riding di Tanah Timor ini, sejenak rasa lapar terlupakan, saya yg sudah berniat mencari sarapan nasi dahulu, baru berhenti pada sebuah warung untuk sarapan, jam 08.29 wita pada koordinat : 9°58'33.0"S 124°04'51.3"E. (tercatat di HP).
Artinya saya sudah berada pada Kecamatan Batu Putih, Kabupaten TTS atau sudah berjalan 88 km (menurut Gmap) sejak dari Pelabuhan Bolok.
Sayangnya di Warung ini tidak ada nasi, saya hanya ngopi dan ngemil roti, tapi ternyata: view dipinggir jalannya sangat unik, seperti terlihat pada foto2 dibawah:
Saya kembali melanjutkan perjalanan dan di pasar SoE (baca So'E), banyak pedagang makanan didepannya, saya langsung parkir dan saat bertanya harga makanan; saya sedikit kaget dengan harganya, dimana nasi bungkus dengan telur hanya Rp 5.000, hmmmm, kalau di Flores minimal Rp 12.000 ini, belum lagi harga goreng gorengan juga terbilang murah.
SoE Ini merupakan Ibukota dari Kabupaten Timor Tengah Selatan dan daerah penghasil jeruk ini, dijuluki The Freezing City karena udaranya jauh lebih dingin dibanding tempat lain di P Timor yang terkenal panas.
Baru saja melanjutkan perjalanan dari Pasar SoE, saya melihat plang air terjun Oehala sejauh 7 km, ternyata inilah air terjun yg tadi disarankan oleh dosen asal Rote, untuk saya kunjungi.
Saya langsung menuju air terjun, tetapi saat sudah tiba di parkiran, seperti ada suara (bukan halusinasi akustik loh) yang meminta saya untuk kembali meneruskan perjalanan : "Pang (nama panggilan saya), Ayuh fokus ridingnya dulu, capai titik terjauh dulu, demi prinsip ride for passion and pride, nanti pulangnya baru explore sepuasnya, kalau perlu1 bulan lu disini biar ampe bosen".
Yasudah, saya melanjutkan saja perjalanan saya dan sampai disebuah tempat yang saya tidak tahu dimana, tapi kemungkinan masih di Kabupaten Timor Tengah selatan dan sudah melewati Kota Soe (tercatat di HP baru jam 09.29 wita).
Anehnya, catatan posisi (koordinat) pada foto ke 2 yg saya ambil dengan HP tidak aktif :
Masih di tempat yang sama tapi tanpa terhalang motor:
Kali ini saya sudah memasuki Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), sayangnya kamera sempat reset, selain jadi tidak ada catatan jam, settingan juga berubah, sehingga hanya 1 foto ini saja yang tidak blur:
Kembali saya kaget saking murahnya harga di Timor Barat ini, dimana nasi soto dan es jeruk hanya Rp 12.000 saja, hal yang bertolak belakang dengan pulau Flores ini dimungkinkan setidaknya karena 2 hal menurut saya:
1) Jalur distribusi darat di Timor barat sangat lancar, dimana truk bisa dengan mudah masuk, karena jalurnya tidak curam serta berliku, mirip2 dengan jalur lintas Sumbawa lah, hanya jalur Kupang - Kefa ini sedikit bergelombang, sekalipun tidak separah jalur lintas Sumatra gelombang jalurnya.
2) Kota Kupang merupakan pelabuhan ke 2 terbesar di Indonesia tengah (setelah Makasar) dimana banyak disinggahi oleh kapal kapal besar, sehingga distribusi via laut pun lancar.
disini saya sempat berbincang bincang dengan seorang polisi yang mengatakan kalau Pos Lintas Batas Indonesia - Timor Leste itu di Motaain, sekitar 1 jam dari Atambua (ternyata saya hanya butuh 30 menit saja dari Atambua ke Motaain @ 25 Km), jadi saya sebaiknya menginap di Atambua saja, karena prediksi dia saya akan kemalaman masuk Dilli nya kalau menyebrang perbatasan negara hari ini.
Selepas Kota Kefa, saya mendadak bingung, karena plang petunjuk arah ke Atambua malah belok kekanan ke jalan yang jauh lebih kecil, sedangkan jalan utama yang sangat lebar ini malah menuju tempat lain yg belakangan baru saya tahu, ternyata menuju PLBN Wini.
*Dibagian 8 blog ini (Timor barat perjalanan pulang), nanti saya berkesempatan melihat pembangunan jalur Sabuk Merah perbatasan" sektor 2 (tengah) di wilayah TTU ini, dimana ada kantung wilayah milik Timor Leste (distrik Oecusse atau Oekusi) di wilayah NTT.
Jalur tersebut dimulai dari titik Amol - Oehose - Manufano -PLBN Wini.
Kalau sektor 1 (timur) sudah selesai, maka sepertinya tidak lama lagi, sektor 2 ini juga akan selesai.
Sayangnya sektor 3 (barat) di Kabupaten kupang tidak sempat saya kunjungi.
Lihat pada peta dibawah, dimana ada kantung Timor Leste diwilayah kita dan jalur sabuk merah perbatasan sektor 2 :
Setelah bertanya ke beberapa orang, akhirnya dengan yakin saya belok kekanan yang ternyata adalah benar jalan tercepat untuk ke Atambua.
Pulau Timor ini cukup besar dan idealnya butuh 2 minggu untuk explore nya kalau mau puas, apalagi di Pulau ini ada 2 negara, semoga suatu hari saya punya kesempatan untuk lama tinggal disini, yahh minimal 2 bulan tugas disini lah hehehe.
Memasuki Jalur KefaMefanu - Atambua, ternyata jalur ini sangat kosong, sepi, kecil tapi sangat mulus tidak bergelombang seperti jalan utama tadi, hanya saja kanan - kirinya sangat gersang.
Kembali melanjutkan perjalanan dan kembali mengambil foto:
Benar benar hampir tidak ada kendaraan yang lewat saat itu dan saya sempat memfoto sebuah bukit yang agak subur:
Diluar Dugaan, Jam 14.15 wita, saya sudah memasuki Bypass Kota Atambua, padahal sejak dari Pelabuhan Bolok, Kupang Barat, semua orang yang saya tanya memprediksi kalau saya akan tiba di Atambua sekitar jam 18.00 wita :
Memasuki gerbang Kota Atambua, saya bablas, tapi saya sempat ambil foto saat perjalanan balik, dimana saat itu saya kebetulan sambil melepas mantel hujan:
PLBN (Pos Lintas Batas Negara) :
Kebanyakan orang Indonesia beranggapan bahwa; perbatasan utama NKRI - RDTL (Timor Leste), berada di Atambua, padahal sebenarnya, PLBN utama NKRI - RDTL berada di Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, sedangkan Atambua hanya Ibukota Kabupaten Belu saja.
Selain Motaain ada 2 PLBN lainnya, yaitu:
- PLBN Wini di Timor Tengah Utara
- PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka.
memasuki Kota Atambua, entah kenapa saya mendadak lemas, ngantuk & pusing, sehingga langsung saja saya mencari penginapan rekomendasi dari rekan2 backpackers, yaitu hotel Matahari, Atambua.
Ternyata harganya terlalu mahal buat saya, kalau rekan2 backpackers kan tripnya kroyokan kek anak STM mau tawuran, jelas bisa sharing cost, lahh sayah, single fighter kek Rambo..tekorrrr
Akhirnya trick standar saya lah yang saya gunakan, yaitu: cari pusat keramaian, seperti; pasar, kemudian nongkrong sambil ngopi dan ngorek info hehehe.
Ternyata ada 2 hotel yang paling murah di Atambua dan yang paling di rekomendasikan oleh mereka adalah Hotel Paradiso (lihat Peta).
Saya lupa, ada berapa harga di Hotel Paradiso ini, tapi saya mengambil yang Rp 130.000 / hari dan Receptionist nya seorang wanita paruh baya asal Malang - Jawa Timur menawarkan pijat (bebas mau plus2 atau minus2) oleh seorang Teteh Bandung.
Saya jawab dengan bercanda :"Saya kan tinggal di Jawa (Jakarta) dari lahir, jadi buat apa mencari Teteh, Mbak atau Mpok disini setelah riding ribuan kilomer? kalau dengan Nona baru tertarik" sambil saya ngeloyor pergi.
Jam 19.30 wita, saya keluar makan ke sebuah warung yg tidak jauh dari penginapan dan bertemu 4 wisatawan asal Jakarta, yang tadi tiba di penginapan sekitar maghrib dengan travel L300 dari kupang, tapi kami tidak banyak berbicara karena mereka sibuk dengan HP nya masing2, bahkan diantara mereka saja sedikit sekali saling berbicara.
Hanya saya sempat menjawab klo saya tidak paham rental rentil motor di kota Atambua ini, saat mereka bertanya tentang rental motor, dikarenakan saya membawa motor sendiri dari Jakarta dengan cara riding all the way...."keren kan??? Haha".
Kembali ke penginapan, saya berjalan kaki beriringan dengan mereka yg konon sudah dapat rental motor untuk besok, tiba2 kami bertemu sekelompok pemuda lokal sedang gitaran yang mengajak kami utk bergabung. Wah kesempatan untuk ngulik info nih (pikir saya).
Saya ikut bergabung, tapi 4 wisatawan tersebut dengan alasan kelelahan setelah 10 jam duduk manis ala maho & mahi di L300 ber AC hendak langsung tidur. Harusnya kan gw yg jauh lebih lelah...
Disinilah keberuntungan saya, yang akhirnya tahu dari para warga lokal tersebut (ada 2 orang yg bertugas di PLBN), kalau Posisi Motaain yg di GMap sejauh 78 km di selatan Atambua adalah salah (itu sih Motamasin), yang benar hanya sekitar 25 Km ke utara (bukan selatan).
Saya juga diberi tahu tentang prosedur resmi (ilegal juga), cara membawa motor ke Timor Leste.
Hal2 tsb sangat membantu saya besoknya, tapi tunggu ceritra kocak bin dodol dari 4 wisatawan jakarta tersebut..hehehe.
Rabu 4 Oktober 2017
Bangun pagi ini, saya tidak ingin tergesa gesa berangkat ke PLBN Motaain, biarlah 4 backpackers asal Jakarta yang jalan lebih dulu dan saya memilih bersantai di Penginapan, kan kalau di pilem pilem, jagoan selalu munculnya belakangan.
Jam 09.30 saya baru start ke arah Motaain dan ternyata, membingungkan juga keluar dari Kota Atambua ini karena jalannya banyak persimpangan, tapi tidak ada plang petunjuk arah, untungnya saya ingat pesan orang2 yang semalam nongkrong bareng agar saya bertanya arah ke Bandara.
Tiba di Bandara, saya sempatkan Foto2 sebentar di bandara yang terlihat sedang berbenah ini, tapi karena saat berangkat saya mengambil foto hanya dengan kamera HP, maka yang saya upload dibawah justru foto2 yang saya ambil saat perjalanan pulang :
Selepas Bandara, saya dibuat terkesima oleh hebatnya jalur menuju Motaain, proyeknya "Pak De" yang disebut : Jalur "Sabuk merah perbatasan" sektor 1 (wilayah timur) yang sudah selesai bulan Agustus lalu (Agustus 2017) sepanjang 162,13 Km, membentang dari Motaain di pesisir utara sampai Motamasin di pesisir selatan.
Meyusul akan segera selesai sabuk merah perbatasan sektor 2 (tengah) di wilayah TTU dan sektor 3 (barat) diwilayah kabupaten Kupang.
Tidak tahu malu manusia2 seperti ini, dimana negara sudah bersusah payah memberikan fasilitas buat anda, tapi anda tidak memberikan konstribusi balik dengan membayar pajak.
Tiba di Motaain saya foto terlebih dahulu :
Hal tersebut sangat terbantu oleh Perpres no 21 tahun 2016 tentang bebas visa kunjungan wisata dibawah 30 hari,dimana belum satu tahun berlaku (berlaku sejak 10/3/2016), devisa Indonesia dari sektor pariwisata tahun 2016, tembus 184 T (melampaui target 172 T), saya tidak tahu berapa devisa tahun 2017, tapi sepertinya kalaupun naik hanya sedikit, mengingat triwulan akhir 2017 dimana kunjungan wisatawan asing seharusnya sedang tinggi2 nya, pariwisata Indonesia sedikit goyang akibat Gunung Agung, Bali yang lagi Flu.
Sayangnya 1/2 nya hanya disumbangkan oleh Provensi Bali saja, disusul DKI 25 % dan Kepulauan Riau 15 %, Sedangkan 31 provensi lain menyumbang 10%.
Kalau saja sudah agak merata, tak terbayangkan kuatnya ekonomi negara kita.
Kembali ke Ceritra:
Melihat plang diatas dimana Pantai Atapupu hanya 3 Km saja, maka saya putuskan mampir dahulu, sebelum menyebrang ke Timor leste.
Ternyata jalan Bypass membelah bukit menuju Atapupu inipun, sudah 85% selesai.
Jalan ini memang tidak termasuk jalur sabuk merah perbatasan sektor 1, 2 dan 3 tapi jalur via pesisir utara ini akan bisa menjadi jalan pintas yang menghubungkan PLBN .Motaain dan PLBN Wini.
Tiba di Pantai Atapupu, tercatat jam 10.15 wita, dan pantai ini sangat sepi, bahkan gratis tidak ada loket tiketnya.
Tidak jauh dari pantai Atapupu ini, juga ada Pelabuhan Atapupu yang merupakan pelabuhan vital bagi Timor Leste, karena hampir semua pasokan kebutuhan mereka dari Indonesia dan masuk via pelabuhan Atapupu ini (mereka tidak punya pabrik dan tidak mampu bercocok tanam).
Seharusnya kita bisa lebih menarik keuntungan dari posisi pelabuhan yang berada di perbatasan ini untuk menarik wisatawan dari Timor Leste, kususnya ekspatriat asal Tiongkok dan Australia yang banyak di Timor Leste, untuk berkunjung ke tempat2 lain di NTT.
Contohnya ke P Alor yang secara posisi dekat (tepat di utara) Atapupu ini, sayangnya Sejak 2014, Kapal Ferry RoRo Atapupu - Kalabahi sudah tidak beroperasi lagi dan hanya tinggal kapal Perintis KM Nangalala.
Setelah Puas di Pantai ini, saya langsung bergerak menuju PLBN, Motaain dan saya speechless melihat Pos perbatasan NKRI yang baru saja di resmikan oleh Pak De ini.
Kalau dulu orang Timor Leste menghina Pos Perbatasan kita, sekarang banyak orang Timor Leste yang justru selfie disini, bahkan saya sempat dimintai tolong memfoto 2 orang biarawati yang sepertinya asal Portugal.
Luar Biasa Pak De Joko ini (saya bukan simpatisan beliau dan malah cenderung anti politik), tapi saya harus mengangkat 2 jempol saya untuk beliau sejak tadi selepas kota Atambua melihat dengan mata kepala sendiri, merasakan hasil2 pembangunannya, menganalisa ide2 briliant dan perhatiannya terhadap pelosok Indonesia., mengetahui kesamaan harga dengan di Jawa, bukan saja harga BBM, tapi juga harga makanan dan kebutuhan lain.
Saya jadi teringat ucapan seorang bapak 60 tahunan tadi di Atapupu, kalau akhirnya pelosok NTT merasakan memiliki seorang Presiden dan bukan Gubernur Jendral negara penjajah, seperti si anu dan si nganu (emang jaman Belanda hehehe).
Kalau boleh memberi saran : Ruang imigrasi kita terlihat bagus & modern, tapi akan lebih unik kalau dibeli sentuhan tradisional khas NTT :
Sebenarnya kita bisa masuk ke wilayah Timor Leste bahkan tanpa passport sampai Desa Batu Gade (desa pertama), tapi itu hanya berlaku untuk warga lokal dengan kendaraan lokal, bahkan polri pun akan ketat mengawasi, karena banyak sekali kendaraan curian di wilayah NKRI diselundupkan ke Timor Leste
Cara ke 2 adalah dengan dikawal petugas TNI / Polri, bisa masuk juga sampai benteng di Batu Gade, tapi itu tanpa kendaraan kita dan harus menggunakan kendaraan petugas.
Sehubungan bawa kendaraan ke Timor Leste, tidak memerlukan carnet de passage (CPD), maka saya putuskan masuk saja secara remi, biar bisa sampai Kota Dilli, sekalian Menengok sejarah keberadaan Indonesia di Lorosae.
Berikut Prosedur Resminyanya :
1) Parkir motor di wilayah NKRI, jangan coba coba menyebrang sebelum dokumen beres
2) Masuk ke Imigrasi seperti ke Luar negeri biasa, tunjukkan Passport dan nanti di stempel
3) Bayar Visa On Arrival 30 USD (mereka tidak memberlakukan bebas visa wisata seperti Indonesia). Makanya yang masuk ke Indonesia dan membelanjakan uangnya ratusan / hari, yang masuk ke mereka satu dua saja / hari, tambah miskin dah mereka hahaha
5) Ke Bea Cukai urus Dokumen kendaraan (jangan lupa bawa pas foto, ktp, stnk berikut foto copy nya.
6) Nanti dapat dokumen rangkap 4 dari Bea Cukai: 1 buat arsip, satu buat nanti diserahkan ke pihak Timor Leste, 1 kita pegang dan 1 lagi buat ngurus ke Polri
7) Urus dokumen perjalanan dari Polri dan titipkan STNK ke pihak Polri dan diambil setelah kita kembali ke wilayah NKRI. (nanti dapet stiker)
8) Masuk Pelan2 ke wilayah Timor Leste serahkan dokumen dari Bea Cukai dan tunjukkan Dokumen dari Polri.
Sebelum masuk, seorang Anggota Polri menyarankan saya, agar mengisi full tangki motor beserta orangnya di wilayah NKRI, bawa rokok, Aqua, Indomie dll, karena di Timor Leste harga2 sangat mahal, apalagi mereka menggunakan mata uang Dollar Amerika.
Saya turuti pesannya tersebut, tapi mengenai bensin yang di mereka seharga sekitar US$ 1,5 / Liter tidak berpengaruh buat saya, toh jarak PP dari SPBU di Atambua tadi ke Dilli hanya 300 Km saja, masih cukuplah bensin di Tangki Andini, kalaupun harus nambah paling hanya 1 - 2 liter saja (3 USD), ga ngaruhlah..
Btw lu orang masih frotes afa afa mahal? Samfe cabe segala lu urusin, padahal beli sendiri aja lu ga pernah, jangan macam monyet didalam temfurung lu..sini fiknik kesini, inget ya: sendirian..liat sendiri make mata lu sendiri.
Sebenernya males banget ngupload 2 Poto ini, tapi buat perbandingan aja deh, bagusan mana pos perbatasan kita dan mereka :
Ini lupa dimana, tapi sepertinya sudah wilayah mereka....hmmm nyesek inget referendum dulu, Negara kita sudah buang2 banyak uang, tapiiiii ........:
Hampir lupa ceritra tentang 4 wisatawan asal jakarta, yang ternyata nyasar ke Motamasin karena mengikuti Gmap, saat mereka hendak mampir ke Fulan Fehan di kabupaten Malaka, mental mereka down melihat jalurnya dan kembali turun, sayangnya mereka tidak keburu balik ke arah Motaain, karena harus kembali ke kupang dengan menggunakan travel setelah sebelumnya harus memulangkan motor rental mereka terlebih dahulu.
Makanya, bergaul, bersosislisasi sama manusia lain kek warga lokal, jangan autis maen hape mulu...jangan percaya mentah2 sama gadget, karena GPS terbaik adalah warga lokal hahaha.
Catatan Pribadi :
Tujuan utama touring saya kali ini, adalah; melihat langsung pembangunan di pelosok pelosok perbatasan NKRI dan hasilnya,; saya sangat mengapresiasi langkah2 yg diambil oleh pemerintahan saat ini.
Mengutip ucapan Bupati Belu di surat kabar: "warga perbatasan menjadi lebih percaya diri, karena pembangunan tsb membuktikan bahwa kita adalah bangsa yang hebat".
Begitupun dengan saya sebagai "Malae bulak" dari Indonesia, saya menjadi begitu bangga dan penuh percaya diri, saat bertamu kerumah tetangga.
Dengan bangga saya akan menjawab saat ditanya tetangga nanti : "ha'u nia naran Revandhiya, ha' u hosi INDONESIA HEBAT".
Berikut Prosedur Resminyanya :
1) Parkir motor di wilayah NKRI, jangan coba coba menyebrang sebelum dokumen beres
2) Masuk ke Imigrasi seperti ke Luar negeri biasa, tunjukkan Passport dan nanti di stempel
3) Bayar Visa On Arrival 30 USD (mereka tidak memberlakukan bebas visa wisata seperti Indonesia). Makanya yang masuk ke Indonesia dan membelanjakan uangnya ratusan / hari, yang masuk ke mereka satu dua saja / hari, tambah miskin dah mereka hahaha
5) Ke Bea Cukai urus Dokumen kendaraan (jangan lupa bawa pas foto, ktp, stnk berikut foto copy nya.
6) Nanti dapat dokumen rangkap 4 dari Bea Cukai: 1 buat arsip, satu buat nanti diserahkan ke pihak Timor Leste, 1 kita pegang dan 1 lagi buat ngurus ke Polri
7) Urus dokumen perjalanan dari Polri dan titipkan STNK ke pihak Polri dan diambil setelah kita kembali ke wilayah NKRI. (nanti dapet stiker)
8) Masuk Pelan2 ke wilayah Timor Leste serahkan dokumen dari Bea Cukai dan tunjukkan Dokumen dari Polri.
Sebelum masuk, seorang Anggota Polri menyarankan saya, agar mengisi full tangki motor beserta orangnya di wilayah NKRI, bawa rokok, Aqua, Indomie dll, karena di Timor Leste harga2 sangat mahal, apalagi mereka menggunakan mata uang Dollar Amerika.
Saya turuti pesannya tersebut, tapi mengenai bensin yang di mereka seharga sekitar US$ 1,5 / Liter tidak berpengaruh buat saya, toh jarak PP dari SPBU di Atambua tadi ke Dilli hanya 300 Km saja, masih cukuplah bensin di Tangki Andini, kalaupun harus nambah paling hanya 1 - 2 liter saja (3 USD), ga ngaruhlah..
Btw lu orang masih frotes afa afa mahal? Samfe cabe segala lu urusin, padahal beli sendiri aja lu ga pernah, jangan macam monyet didalam temfurung lu..sini fiknik kesini, inget ya: sendirian..liat sendiri make mata lu sendiri.
Lupa nama jembatan in |
Ini lupa dimana, tapi sepertinya sudah wilayah mereka....hmmm nyesek inget referendum dulu, Negara kita sudah buang2 banyak uang, tapiiiii ........:
Hampir lupa ceritra tentang 4 wisatawan asal jakarta, yang ternyata nyasar ke Motamasin karena mengikuti Gmap, saat mereka hendak mampir ke Fulan Fehan di kabupaten Malaka, mental mereka down melihat jalurnya dan kembali turun, sayangnya mereka tidak keburu balik ke arah Motaain, karena harus kembali ke kupang dengan menggunakan travel setelah sebelumnya harus memulangkan motor rental mereka terlebih dahulu.
Makanya, bergaul, bersosislisasi sama manusia lain kek warga lokal, jangan autis maen hape mulu...jangan percaya mentah2 sama gadget, karena GPS terbaik adalah warga lokal hahaha.
Catatan Pribadi :
Tujuan utama touring saya kali ini, adalah; melihat langsung pembangunan di pelosok pelosok perbatasan NKRI dan hasilnya,; saya sangat mengapresiasi langkah2 yg diambil oleh pemerintahan saat ini.
Mengutip ucapan Bupati Belu di surat kabar: "warga perbatasan menjadi lebih percaya diri, karena pembangunan tsb membuktikan bahwa kita adalah bangsa yang hebat".
Begitupun dengan saya sebagai "Malae bulak" dari Indonesia, saya menjadi begitu bangga dan penuh percaya diri, saat bertamu kerumah tetangga.
Dengan bangga saya akan menjawab saat ditanya tetangga nanti : "ha'u nia naran Revandhiya, ha' u hosi INDONESIA HEBAT".
Peta Explore Timor komplit (1.212 Km)
Rincian pengeluaran bagian 6
1) Makan, minum, rokok, jajan & bekal = Rp 150.000
1) Makan, minum, rokok, jajan & bekal = Rp 150.000
2) Penginapan :
- Atambua = Rp 130.000
3) Bensin (Pertalite) :
- Kupang = = Rp 40.000 (5.33 L)
- Atambua = = Rp 60.000 (8 L)
4) Visa On Arrival = 30 USD = Rp 400.000
------------------------------------------------------------------------------------------------- +
Total pengeluaran bagian 5 = Rp 780.000
BERSAMBUNG KE BAGIAN 7 (Lorosae)
hayo dong Om,, di lanjut pakai cerita ,... :)
BalasHapusSudah om, bagian 5 baru saja selesai, ini sedang nulisbagian 6
HapusSaya kalo baca blog om rivan selalu kebawa semangat ingin touring jauh. Tapi apa daya pekerjaan ini memperlambat jiwa liarku.
BalasHapusTapi suatu saat nanti saya pengen kayak om rivan. Solo touring sampe mentok indonesia. Doain ya om hehe
Sampai2 saya lupa kalo pernah ketemu kutu jalanan ini. Kapan jelampung lagi masa
BalasHapusmas revand, sy ngintil trs jejaknya nih,Agustus 2018 sy dg suami baru melakukan perjalanan bdg-sabang n catper mas revand menjadi salah satu acuan kami,ke larantuka kami sudah melakukan des 2016...nahhh...sebetulnya sy nyari2 catper ke sumba, tp mas revand ternyata ke timor teenyata ...ayo mas ke sumba, tar sy nginthil lg, wkwkwk...atau syapa tau kita bisa bareng??, tp info Timornya bermanfaat sekali krn setelah Sumba target kami berikutnya Timor... kapan2 mampir blog kecil2an sy
BalasHapusdecemberalwaysrain.blogspot.com
Merit Casino & Welcome Bonus | Get C$1000 FREE
BalasHapusAt Merit Casino 1xbet korean you can play casino games, from slots, table games, live dealer games to deccasino video poker 메리트 카지노 주소 and live dealer tables. Register at your favorite gaming