Jumat, 12 September 2014

Jelajah Andalas Sampai ke Pucuknya (Sabang) Bagian 2

01 Agustus 2014 D=4 (Duri - Medan)
Tidak bisa tidur dengan nyenyak sekitar Jam 05.00 kami melanjutkan perjalanan, belakangan kami dapat info kalau Onez mencari kami & tiba di SPBU ini jam 08.00 wib (tp kami sudah jalan). Di Sumatra jam 05.00 ini masih sangat gelap, saya mengambil alih tugas RC didepan, tetapi cara ini tidak efektif; berkali kali saya kehilangan Reno di spion saya, dia memang night visionnya agak terganggu, sehingga saya harus menepi berkali kali utk menunggu, akhirnya saya putuskan utk berjalan disamping kanan Reno dgn menggunakan lampu tembak utk membantunya, saat muncul kendaraan dari depan, saya mematikan lampu tembak dan masuk di belakang Reno apabila selah utk 2 mtr bersisian mengganggu pengemudi dari arah berlawanan.

Disini kemudian muncul sedikit masalah, motor Reno maksimal hanya bisa sampai RPM 7000 maksimal, belakangan di sebuah bengkel ternyata, didapati penyebabnya adalah salah satu businya kendor.

Sebuah pengeboran minyak yg posisinya di barat pertigaan ke Dumai"
Memasuki perbatasan Riau dengan Sumut, saya yg baru saja berhenti utk buang air kecil dan sedang mengejar Reno kembali, tiba2 melihat sebuah jaket yg sangat saya kenal, jaket komunitas motor Dusbic, sejenak saya lupa sedang touring di sumatra dan berasa sedang di PD Kopi jakarta timur, saya mencari cari nomornya, apakah itu 003 (adeek), 005 atau 006..begitu saya sadar itu adalah "Onez" yg anehnya dgn motor yg bermasalah kehilangan power serta sempat kebengkel dahulu di palembang (saat saya tinggalkan), ternyata malah bisa berada didepan kami, apalagi kami start jam 05.00 dari Duri dan dia baru jam 08.00..spontan saya tepok punggungnya dengan keras sambil menyalipnya..hahaha..dia yg sedang mengamati Reno yg baru saja menyalipnya (tanpa sadar siapa yg disalip) KAGET setengah mati... #sorry haha. Sempat mengobrol sebentar akhirnya saya bilang "gw kejar Reno dahulu, nanti kami berhenti didepan". Setelah Reno terkejar, kami menunggu Onez dan merencanakan utk berhenti begitu bertemu rumah makan.

Kami makan di labuan Batu, Sumut, dan saat kami belum selesai makan, Onez lgs pamit untuk jalan duluan, dgn perhitungan motornya hanya bisa maks 65KPJ, kami akan cepat menyusulnya kembali. Disinilah awal kami kehilangan jejak Onez, kami tdk pernah bertemu kembali sampai kembali ke jakarta, berkali2 dihubungi tidak diangkat, belakangan kami tahu kalau ternyata HP nya bermasalah dan motornya akhirnya kandas sebelum diperbaiki oleh komunitas CB di Sumut, Dengan susah payah dia tetap memaksakan lanjut ke nol km dan Onez tiba di Sabang justru setelah kami kembali ke Banda Aceh dan akhirnya saat dia kembali ke Jakarta, motornya ditinggal di Jambi (sampai saya selesai menulis blog ini, motornya belum juga diambil), sedangkan dia pulang ke JKT dgn pesawat terbang. 4 jempol utk tekad dan semangatnya, tapi saya tetap akan menjitaknya begitu bertemu lgs dengan orangnya (kemaren saat bertemu lupa mau jitak) hehe. 


Terus terang kami sempat panik, mencari cari mahluk tsb, bahkan kami sempat broadcast ke Komunitas2 motor di Sumatra dan sempat hampir meminta bantuan anggota RAPI utk mencari keberadaannya, karena tidak ada berita plat B yg kecelakaan, kami sempat berasumsi klo dia kena begal hehe. Sebelum akhirnya kami dapat info kalau dia akhirnya kena "portal" dan dikondisikan oleh komunitas CB di Medan. Bahkan menurut Onez dia sempat kaget begitu bertemu anggota Power di Banda Aceh yg langsung memeluknya, seolah olah bersukur melihatnya masih hidup. hehe. sepertinya Power Aceh sudah dapat Info dari Joshua yg juga anggota power Tanggerang yg memang yg memang sudah menyebarkan berita ttg "hilangnya Onez dari Radar".
FYI: istilah portal & mengkondisikan di kalangan Bikers artinya: Meminta berhenti bikers dari daerah lain, menjamu, memberikan tempat istirahat, memberikan bantuan (seperti bantuan memperbaiki motor dll), mengawal setidaknya sampai keluar dari Kota yg memportal (sampai jalur utama luar kota) dan memberikan petunjuk2 / informasi jalur kepada yg di portal. 
#Untuk masalah brotherhood, kelompok Bikers di Sumatra ini (daerah lain juga) terkenal sangat luar biasa hebatnya, hal ini sering membuat saya tidak enak hati, karena belum tentu bisa membalas kebaikan mereka, itulah sebabnya mengapa dalam touring2 saya sering  menyebutnya edisi siluman (tidak mau terlihat agar tidak menyusahkan tuan rumah).

Kembali ke cerita perjalanan saya: Perjalanan kami dilanjutkan menuju Medan, Udara panas dan kepadatan lalulintas yg semakin sore semakin ramai, membuat kami cepat lelah dan sering break. Banyaknya Bentor (becak motor) & truk yg berjalan sangat lambat semakin memperparah kepadatan / kemacetan.
Akhirnya kami tiba di Medan sekitar jam 20.00 wib dan lgs menuju hotel medan residence yg sangat terkenal dikalangan backpacker lokal & mancanegara , seharga 75rb & 95rb /hari (kami memilih yg 95rb), sebenarnya ada hotel backpacker lain disampingnya yg lebih murah (50rb), tapi tempat tidurnya tingkat, jika sedang penuh kami terpaksa sharing room dgn org yg belum kami kenal. Peta Jalur Duri - Medan 
.
Malamnya kami sempat berjalan jalan di Kota medan dan saya sempat berkenalan dgn seorang solo lady backpacker asal Slovakia bernama shasa dengan wajah mirip bintang Czech Porn , dia awalnya ingin explore danau Toba, tapi lgs tertarik ikut saya saat saya cerita akan explore Sabang dan kemudian baru Toba, tapi masalahnya tas carriernya yg sebesar karung beras 100kg membuat saya terpaksa menolaknya dgn halus utk memboncengnya.


2 Agustus 2014 D=5 (Medan - Banda Aceh)

Jam 09.00wib kami bergerak menuju Aceh dari penginapan kami yg posisinya disamping Masjid raya & Istana Maimun. Peta jalur Medan - Banda Aceh
Istana maimun, Medan
Saat keluar dari Kota Medan menuju Binjai, saya melihat trip Ordometer saya sudah 2.063 km (itu termasuk muter2 di Palembang, Jambi, Medan, dan adegan tersasar di Pekanbaru), artinya saya harus segera ganti Oli, saat ganti oli ini kami dapat info, kalau hendak ke Aceh, tdk perlu masuk Binjai, lgs belok kanan di Bypass saja.
Secara umum kondisi jalur Medan - Aceh ini sangat mulus, apalagi di Prov Aceh nya..tapi lalulintas sangat padat saat itu.

Menjelang masuk Pangkalan Brandan, saya meng overtake Reno dan membuka jarak sejauh mungkin, karena saya hendak mampir ke ATM & Indomart, ternyata ATM di Pangkalan Brandan tidak ada uangnya, saya lanjut ke Kota berikutnya dan mendapat sms klo Reno juga sedang break. Alhamdulilah, setelah keluar masuk ATM di 4 kota kecamatan yg saya lewati, akhirnya ada juga ATM BRI yg ada isinya, perut sudah sangat lapar dan posisi saya saat itu sudah di Langsa, Aceh. Dengan memarkir mtr dipinggir jalan (agar Reno bisa melihat mtr saya), saya menghabiskan 2 porsi mie aceh + 1 porsi nasi + ayam bakar. Saya sempat tlp Dedi (barengan touring ke Flores th 2013 yg saat ini tdk ikut), karena Langsa ini adalah kampung dari Ayahnya hehe, sedangkan Dedi saat itu sedang Berada di Gombong, Jawa Tengah. yg merupakan kampung Ibunya.


Ternyata Reno Baru di Kuala Simpang (dekat perbatasan Sumut - Aceh), kami membuat janji utk bertemu lgs di Lhokseumawe.

Sekitar Jam 15.00 saya sudah tiba di lhokseumawe dan selama hampir 2 jam menunggu Reno; saya mencicipi 2 buah duren dan kopi Aceh yg kemudian membuat saya tdk bisa tidur malamnya di Banda Aceh  . Luar biasa rasa duren Rimbo di Sumatra ini, benar2 membuat ketagihan..saya sempat berniat membeli 2 buah lg, tapi kekhawatiran akan tensi saya naik, membuat saya mengurungkan niat tsb. Benar saja sontak kepala saya pusing, saya lgs mencari ketimun utk memakannya, alhamdulilah setelah menghabiskan 2 buah ketimun, kondisi saya normal kembali. 

Setelah Reno tiba, perjalanan kembali kami lanjutkan sampai Bireun dan kembali berhenti seputaran magrib utk makan, disini untuk ke 2 kalinya saya menyruput kopi Aceh dan utk ke 2 kalinya masalah kembali muncul; perut saya kumat. saya meminta Reno utk jalan terlebih dahulu dan setelah merapat di Toilet sebuah SPBU saya akan kembali mengejarnya.


Setelah saya mengejar Reno, saya berjalan didepannya dengan sangat santai, agar reno bisa mengikuti saya, tapi setelah bertemu dengan sebuah motor touring plat BL, saya membiarkan dia jalan didepan, sementara saya berjalan disamping kanan Reno utk memberikan bantuan lampu tembak.

Mendekati Kota Banda Aceh, jalur menjadi mengasyikkan dgn tikungan2 yg cukup seru, tapi angin berhembus sangat keras menerbangkan banyak benda2 ketengah jalan. Sekitar jam 23.00 wib, kami tiba di masjid Bayturrahman, Banda Aceh..
Masjid ini benar2 nyaman suasananya, memberikan kesejukan, kenyamanan, keteduhan dan kedamaian, Seperti punya aura positif yg sangat luar biasa, pantas saja masjid ini tdk hancur saat tsunami th 2004 dan konon setiap orang yg sudah menyentuh hal masjid saat itu, dipastikan akan selamat dari Tsunami, sekalipun bangunan disekitarnya luluh lantah.
Maskid Bayturrahman

Maskid Bayturrahman

Maskid Bayturrahman

Maskid Bayturrahman
3 Agustus 2014 D=6 (Banda Aceh - Sabang)
Sekalipun suasana masjid Bayturrahman ini begitu sejuk untuk istirahat, tapi saya mencemaskan motor yg diparkir di luar, sehingga kami memutuskan pindah utk tidur di Indomart tak jauh dari Masjid, begitu keluar dari pagar masjid; suasana berubah 180°, aura premanisme sangat terasa di lingkungan parkir, salah seorang penjaganya berasal dari Semarang, Jawa tengah memberi jaminan keamanan buat motor2 kami, tapi kami tetap memilih pindah tidur.

Di Indomart ini saya sempat tertidur dan sekitar jam 03.30 wib dibangunkan oleh seseorang yg bertanya: "apakah kami dari Club Motor Power (Pulsar Owner) yg akan Jambore di banda Aceh tgl 8 agustus?"..kami jawab: "bukan", Ternyata orang tersebut tak lain adalah: Bang Nazar Debus, seorang sesepuh biker di Aceh, mantan Aktifis (rekan dari Ratna Sarumpaet), Seniman (tamatan ISI, Yogyakarta) yg juga sering mentas diluar negeri, dan juga anggota RAPI (lupa..beliau juga PNS loh )..kami bercerita banyak dan kemudian diajak memutari Banda Aceh, sebelum diantar ke Pelabuhan Ulhee Lee. Bang Nazar ini adalah seseorang yg sangat seru, berwawasan luas & menyenangkan. *kalau ada pementasan seni di JKT, jangan lupa tlp kami bang, pasti akan kami jamu balik.


Di Pelabuhan ini kami dijamu oleh bang Nazar, saking asiknya ngobrol sampai ketinggalan Ferry yg pertama  , kemudian Bang Nazar menitipkan kami kepada kepala pelabuhan, sebagai anak2nya hehe  . Kami menaikki Ferry yg ke 2 jam 11.00 wib (lupa pastinya) dengan tiket motor + penumpang kelas bisnis = 75rb/org, kalau kelas ekonomi = 55rb./org + mtr.

*belakangan saya ketahui dari seorang biker yg juga memegang HT di Iboih, ternyata selama kami di sabang, Pantai Iboih, P Rubiah dll, segala gerak gerik kami selalu dipantau oleh Abang kita ini hehehe, biker tsb tahu dimana kami menginap, aktifitas kami dan kalau kami extend 1 hari lagi tinggal di Sabang (karena betah).


Hanya 2 jam waktu pelayaran dari Pel Ulhee lee, Banda Aceh ke Balohan, Sabang. begitu merapat, kami lgs menuju nol km via jalur yg melewati danau aneuk Laut, sayangnya kami kelupaan mengambil foto disini saking indahnya pemandangan di Sabang ini. 
Gw dan Andini akhirnya ngaspal di Sabang

Sabang

Andini numpang mejeng

Sabang

View dari Sebuah warung di Sabang

Sabang (santai banget)

promosi Jersey bikepacker

Setelah makan di sebuah warung dgn pemandangan yg indah, kami lanjut menuju nol km, dan kali ini saya memegang kamera dgn tangan kiri sambil mengemudi motor, hasilnya:
mulusnya Aspal di Sabang


mulusnya Aspal di Sabang

mulusnya Aspal di Sabang
Akhirnya kami tiba di titik Kilometer Nol Indonesia. Saya jadi teringat ucapan seorang senior saya di Dunia petouringan;"buat seorang biker; ke kilometer nol itu ibarat naik haji, sedangkan umrohnya ke pontianak, sedangkan kalau sudah tembus dari Sabang sampai Kelimutu, Flores itu ibaratnya sudah menempuh pendidikan dasar selama 12 tahun (tamat SMA)" hahaha..tapi saya tdk akan berhenti sampai SMA saja, pelan2 saya akan menamatkan S1, S2 dan S3 
Andini Di KM nol Indonesia
Setelah puas di titik nol kilometer, kami kembali ke timur, ke Pantai Iboih, pantai ini juga sekaligus tempat penyebrangan ke P Rubiah & P Rondo (titik sejati nol km Indonesia yg berbatasan lgs dgn kep Nikobar, India). Kami mendapat CP orang paling terpercaya utk membawa kami dgn speed boat ke P Rondo dan sempat bernegosiasi dgn harga 2,5 Jt PP utk maksimal 5 org penumpang, tapi cuaca buruk membatalkan niat kami. Belakangan kami juga tahu dari seorang anggota AL, bahwa kapal yg mengirim logistik utk Marinir ke P Rondo juga gagal berangkat karena kendala cuaca.

Di Pantai Iboih ini kami menyewa sebuah cottage seharga 250rb/hari yg sangat bagus di lantai 2 komplit dgn balkon nya dan view menghadap ke Pantai. Saya berniat nyemplung di Pantai ini sore itu, tapi cuaca buruk menghalangi saya. Akhirnya saya mencuci pakaian & menjemurnya...ternyata itu sebuah kesalahan; angin sangat sangat kencang yg terjadi sejak, malam hari, bahkan sampai kami kembali esok lusanya, membuat kami harus siaga menjaga jemuran agar tidak terbang, tetapi tetap saja sebuah kaos kaki & sebuah celana terbang terbawa angin 

Pemandangan dari balkon lt 2 penginapan kami di Pantai Iboih
View Pantai Iboih dimalam hari dari dermaga
Sejujurnya saya kagum dgn manajemen pengelolaan pariwisata di Pantai Iboih & P Rubiah ini, suasananya mirip dengan di Gili Trawangan tapi dengan harga2 yg relatif murah dan sesuai dengan namanya, Sabang=santai banget, suasananya memang membuat saya hanya ingin bersantai dan bermalas malasan saja. 

5 Agustus 2014 D=7 (sabang)
Hari ini saya bangun dengan harapan cuaca cerah, karena inilah puncak dan saat yg paling saya tunggu dari Touring Lebaran 2014 ini; "snorkeling time"..SIALLLLLLLL..cuaca buruk dan angin masih sangat dahsyat pagi ini. Segera saya mencari info penyebrangan P Rubiah, ternyata sewa alat2 snorkeling (Finn, Google, snorkel & vest) + antar jemput perahu PP = Rp 70.000. Segera saya kembali ke penginapan dan memberi tahu Reno agar bersiap siap.
Pantai Iboih di pagi Hari
naik perahu menuju P Rubiah


Mulai mendekati P Rubiah

Dermaga P Rubiah sudah terlihat

Terlihat kapal berbendera Thailand

Dermaga P rubiah, underwaternya terlihat jelas.
Sesampainya di P Rubiah kami menitip barang2 di warung yg pertama dari arah dermaga, ternyata disini juga ada penyewaan Kam Underwater seharga RP 120.000 (ma'ngap CP nya ilang).
ga perlu banyak cerita ini hasilnya :




















Menjelang magrib kami kembali ke Pantai Iboih, itu juga kami sempat lupa waktu dan baru sadar setelah dijemput tukang perahu kami yg baik hati (sempat meminjamkan uang, sebelum kami kembalikan saat merapat di Pantai Iboih yg ada ATM).


Kami memutuskan extend 1 hari lg di Pulau yg indah ini, malamnya kembali kami bermain main di dermaga melihat orang2 mancing. Ohh hampir lupa kejadian yg seperti dejavu dengan touring lebaran 2013 juga terjadi; seorang wanita muda asal medan salah masuk kekamar kami yg tidak dikunci, bedanya, kali ini dia masih mengenakan pakaian komplit (tidak seperti waktu di Sape, Sumbawa) hehehe. Dia terlihat sangat malu, apalagi setiap bertemu kemudian, saya selalu menyapanya dengan "halo tetangga".

Bersambung ke bagian 3

Langsung lompat ke bagian 4


Langsung lompat ke bagian 5

Kembali ke bagian 1































Tidak ada komentar:

Posting Komentar